Thursday, September 3, 2015

Melancong Gratis Ke Goa Jomblang

Siapa orang yang tidak suka jalan-jalan??Sayang sekali. Apalagi kalau masih muda, masih banyak energi, waktu dan kesempatan untuk jalan-jalan apalagi kalau jalan-jalannya gratisan dengan orang yang asik-asik.
Mungkin karena belakangan ini banyak waktu luang di kerjaan jadinya banyak hal yang ingin gw lalukan daripada hanya berdiam diri. Nah, kali ini akan gw ceritakan pengalaman ke Goa Jomblang.
Pengalaman ke goa Jomblang merupakan pengalaman pertama gw untuk masuk ke goa yang cukup menantang. Goa ini beda sekali dengan beberapa goa yang pernah gw masukin, seperti Goa Jepang, Goa Belanda dan Goa Jati Jajar yang aksesnya gak terlalu sulit dilalui.
lobang besar menuju goa jomblang

Goa Jomblang terletak di provinsi Jawa Tengah di tengah hutan jati , tepatnya di Padukuhan Jetis Wetan, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Gunungkidul, 8 Km timur kota Wonosari atau sekitar 50 kilometer tenggara kota Jogja (sumber http://www.catatannobi.com/2012/04/wisata-goa-jomblang-grubug.html ). Nah, waktu itu gw kesana bersama 3 peserta lain yang merupakan pemenang lomba menulis pertumbuhan tanaman yang diadakan oleh National Geographic Indonesia dan Teh Kotak (minuman teh yang enaakkk). Turut serta dua tim yaitu dari National Geographic nya dan Tim Metro Tv yang bakal ngeliput acara kita selama jalan-jalan.
Goa Jomblang sendiri sepengetahuan gw dimiliki atau dikelola oleh Pak Cahyo Alkantana, itu tuh yang membawa beberapa acara di TV, salah satunya di acara Terakota, Kompas Tv.



Nah, Goa Jomblang ini sendiri merupakan goa yang letaknya di bawah permukaan tanah, kombinasi vertikal dan horizontal. Jadi buat masuk ke dalam Goa, kita harus menuruni lobang besar menuju mulut goa, setelah itu berjalan untuk masuk ke dalam goa dan menikmati pemandangan sinar "wow"
proses ke dasar hutan purba
di dalam goa. Untuk turun ke mulut goa, kita akan menggunakan jasa warga sekitar untuk menurunkan diri kita ke mulut goa dengan menggunakan tali dan perlengkapan keamanan yang aman. Jadi, pinggang akan dikaitkan dengan tali dan tubuh kita akan diturunkan secara perlahan hingga ke mulut goa. Saat tiba di bawah kita akan menemui ekosistem purba yang "kata" pemandu wisata dulunya lubang besar yang terbentuk disebabkan karena "dulu" tanahnya amblas dan saat itu pula ekosistem yang ada ikut amblas ke bawah.
hutan purba mini
Di situ kita akan menemukan pepohonan besar, tanaman-tanaman nggak tau namanya, jamur, dan beberapa tanaman menjulur seperti rotan tapi bukan rotan. Ada juga tanaman yang buahnya seperti cabe, tapi bukan cabe bukan juga cabe-caben.
Selanjutnya untuk mencapai mulut goa, kita harus berjalan beberapa ratus meter dari tepat mendarat. Saat mendekati mulut goa akan ada gemericik air yang turun dari atas, tapi bukan air terjun. Nah, ketika mendekati mulut Goa kita harus menuruni anak-anak tangga yang lumayan curam hingga tiba di mulut goa yang mengaga lebar dengan hawa yang dingin dan seperti ada kabut nya.
Selanjutnya kita akan berjalan masuk ke perut goa, dimana sudah terdapat penerangan lampu pada titik-titik tertentu, dan stelah sekian lama berjalan turn naik bebatuan plus lumpur kita akan mendengar suara aliran air yang deras dan akan tampak sinar yang indah sekalii. Sinar ini akan nampak jelas ketika matahari bersinar terang dan sinarnya tidak tertutup awan sehingga lubang di atas gua yang bentunya lingkaran dikelilingi pepohonan akan meneruskan cahaya dari atas dan cahaya tersebut akan diteruskan hingga ke dasar. Dasarnya yang terkena sinar matahari pun merupakan stalagmit yang warnanya putih ke abu-abuan dan seperti terumbu karang, tapi nggak tau jenis karang apa.
menuju mulut goa

perjalanan melihat sinar matahari




Mandi sinar buat awet muda.wkwkwk
Di tempat sinar yang katanya "sinar surga" itu pun setiap pengunjung "wajib" hukumnya buat foto-foto karena moment seperti itu jarang sekali kita temui. Setelah puas foto-foto kita akan balik ke mulut goa, selanjutnya ditarik ke atas. Kemudian bersih-bersih dan akan makan dan minum-minum cantik di sebuah pendopo yang tempatnya enak, teduh, ditambah dengan kuliner khas jawa + minuman teh dan gula2 kotak di sebuah cangkir tanah liat. Enakkkk...
Oh iya, selain goa Jomblang, ada lagi goa-goa lain di sekitar goa Jomblang. Ada goa yang lupa namanya (mungkin namanya goa pindul) yang jarang banget dimasukin karena banyak ular...

special thanks buat warga sekitar yang membantu naik turun kami semuaa..

1...2...3...jangan dlepas


Wednesday, July 15, 2015

Backpackeran ke Curug Cigamea

Weekend telah tiba
Dan saatnya jalan-jalan
Kali ini tentang Curug Cigamea.


Awalnya jalan-jalan ini merupakan ajakan dari teman kuliah yang mungkin penat dengan rutinitas kerja. Namanya Bagus Panjaitan dan Made Edy Dharmayasa. Nah, berhubung saat ini juga lagi bulan puasa maka teman-teman yang bisa diajak gak bisa teralu ramai karena perjalanan seperti ini cukup menghabiskan energi. Awlanya rencana jalan-jalan ini hanya wacana karena kami hanya bertiga ditambah karena Made yang ingin pulang ke Bali karena ada acara adat dan AWALNYA gak jadi karena Gunung Raung "batuk-batuk".

curug cigamea kiri
Perjalanan dadakan ini diawali dengan nggak jadinya Made pulang kampung dan pagi-pagi tanpa banyak pikir kami pun langsung jalan menggunakan angkutan umum. Diawali dengan menggunakan kereta Commuter Line dan meeting pointnya di St. Manggarai. Selanjutnya perjalanan berlanjut hingga ke st.Bogor. Nah, dipilihnya curug Cigamea ini bukan karena sudah direnacanakan sebelumnya, tetapi hasil browsingan di dalam kereta. Awalnya bingung antara curug Cilember atau Curug Cigamea. Namun setelah ngobrol-ngobrol sama security di St.Bogor kami memilih Curug Cigamea karena lokasinya yang tidak macet. Angkutan umum selanjutnya yaitu 03 ke arah terminal Cibbulak. kemudian pas gw lihat Path dan ada senior yang posting bahwa bandar udara ngurah rai kembali dibuka jam 12 si Made pun langsung menghubungi orang tua dan menanyakan apakah harus pulang. Dan Made pun pulang setelah mendapatkan tiket yang di pesan dari dalam angkot. Namanya juga acara adat jadi penting.
edisi narsis di curug digamea kanan
Bareng geng motor yang namaya "Reot"
Nah, perjalanan ini pun terus kami lanjutkan sekalipun berdua doang karena slogan "SEKALI LAYAR TERKEMBANG PANTANG SURUT KEBELAKANG". Kami pun tiba di terminal (lupa) dan membayar ongkos @Rp4000,00. Perjalanan selanjutnya kami menggunakan angkot 05. Nah, untungnya kami nggak berlu menunggu lama karena pas dua orang lagi dan angkot pun penuh. Bagus duduk di depan dan gw di belakang depan pintu.Sepanjang jalan ya menikmati perjalanan yang lancar gak macet. Hingga kami turun di pertigaan Cibubulak Rp8.000,00 dan melanjutkan angkot no.52 dan gak lama angkotnya langsung jalan, emang rejeki anak soleh jadi selama perjalanan dilancarkan dan setiap nyambung angkot langsung jalan pas kami naik. Nah, selama naik angkot 52 yang gw perhatikan adalah selokan dan mikir kalau airnya banyak mungkin air terjunnya nggak kering (apa hubungannya volume debit air selokan sama volume debet air terjun ). Nah, pas di angkot itu gw bertanya-tanya sama sopir angkotnya tentang ini itu seputar tempat wisata dan cerita tentang curug itu.Yang sedikit buat lucu yaitu ketika ini masuk kecamatan mana?si pak sopir bilang kecamatan Cibungbulang yang dulu pas samapta pernah dikatakan kalau topografi kec. CIAMPEA sebelelahan sama Kec.Cibungbulang. Tiba di akhir trayek kami bayar angkot Rp8.000,00 dan lanjut menggunakan ojek Rp.15.000,00 hingga ke depan pintu masuk air terjun(curug). Benar saja, selama perjalanan gw merasakan pemandangan dan udara yang sejukkk. Kami pun menuruni ratusan anak tangga dan saat itu pengunungnya sepi, gak sampai 20 orang sehingga terasa nyaman karena gak terlalu ramai seperti hari-hari biasa yang kata pedagang disana bisa sampai ratusaan orang datang "kesini". Setelah beberapalama kami pun tiba di curug cigamea. Nah ada dua curug disana,seut saja curug kiri dan curug kanan. Dimana kami hanya bermain2 air di curug kanan karena curug kiri yang sedikit punya cerita yaitu "beberapa bulan yang lalu ada pengunjung yang meninggal karena saat bermain di curug itu kejatuhan batu sehingga kepalanya pecah". Nah, selain bermain air kami juga berfoto-foto..
edisi ada pelangi

mengang pelangi


puas berkeliling kami pun pulang.Nah pas mau pulang ada hiburan baru yaitu ketika ada terapi ikan
tangan penuh daki n dosa #hiks
yang saat itu terbuka dan nggak ada yang nungguin, alhasil gw masukkan tangan gw dan benar saja ikan-ikannya langsung gigit-gigit tangan gw seakan banyak sekali daki yang menempel. Ikannya lahap dan karena sensasi gigitannya gw gak lama-lama masukin tangan ke dalam air. Perjalan pulangpun sedikit macet dan sebelum naik Kereta kami sempatkan
mencicipi wisata kuliner Soto Bogor yang enakkkkk karena emang enak dan posisi saat itu lapar.











terimakasihh :)




Thursday, July 9, 2015

Film Grave of the Fireflies

Film ini merupakn film yang awalnya gak gw ketahui, yang gw ketahui hanyalah cerita dari kawan tentang studio film ghibli di Jepang yang memproduksi banyak film anime yang semua filmnya bagus, kualitas gambar bagus dan film-filmnya bermakna. Kemudian, karena saat-saat ini edisi ramadhan dan biasanya pagi-pagi belum banyak kegiatan, biasanya  gw donlot film-film apa aja yang ingin di download. Nah, pas gw masukin kata GHIBLI terdapat beberapa film dan satu diantaranya film ini. Setting tempatnya di Jepang, tepatnya di Kobe. 

Jadi filmnya nya diawali di akhir cerita baru ke awal cerita (flashback). Ceritanya tentang Mengingat kembali ingatan dari Roh nya si Seita. Sebelumnya ada dua tohoh utama yang namanya Seita dan Setsuko dimana Seita sebagai abang dan Setsuko sebagai adik perempuan. Nah, makna pertama film ini yaitu programnya BKKBN yaitu dua anak lebih baik. Istilahya catur warga. 
Awalnya dimulai dari detik-detik Seita mati di Stasiun Kereta. Kemudian dikisahkan ayah Seita kerja sebagai nahkoda kapal perang Jepang saat perang Dunia Kedua, jadi mereka tinggal bersama ibunya yang punya gangguan jantung. Dalam hal ini, hidup mereka terlahir dari keluarga yang cukup mapan sampai suatu ketika ada serangan pesawat udara tentara musuh. 
Saat itu mereka harus mengungsi ke Shelter pengungsian dan disana mereka akan bertemu dengan Ibunya. Ternyata shelter pengungsian di Bom dan mereka mengungsi ke sekolahan. Disana mereka menapat kabar kalau ibunya kena bom dan saat itu terbaring sekarat dan nggak berapa lama kemudian ibunya meninggal. Saat Seita tau ibunya meninggal, dia tidak memberitahukan hal itu ke adaiknya karena takut kalau adiknya sedih. 
Merekapun nggak bisa kembali ke rumah karena sudah hancur dan tinggal di rumah bibi atau tentangga (kurang ngerti). Awalnya bibinya baik dan Seita memberi harta yang dimiliki ke bibinya untuk dapat tinggal dan makan bersama keluarga bibinya sampai suatu saat kelakuan bibinya mulai nggak ramah dan kurang menyenangkan sehingga membuat Seita an Setsuko memutuskan untuk keluar dari rumah bibinya dan tinggal di sebuah gua kecil buatan yang sudah ditinggalkan. Letak gua itu di pinggir "empang" dan diasan banyak kunang-kunang, kodok, dan hewan-hewan lainnya. Saat mereka hidup disana, mereka saling embantu dan makan apa adanya. Mereka makan apa saja yang sekiranya bisa dimakan dari mulai semacam KIJING (bahasa betawi untuk semacam keong yang ada di sawah2), makan ampas nasi, hingga harus mencuri untuk mendapatkan makanan. Awalnya di Setsuko minta sikat gigi saat malam tapi abangnya Seita bilang besok aja dan Setsuko mau mendengar kata abangnya dan mau hidup prihatin hingga badannya mulai gatal-gatal, panuan yang cukup parah. Seringkali Setsuko di tinggal sendirian sementara Seita mencari makan. saat itu Setsuko menguburkan kunang-kunang yang mati dan bermain sendirian di sekitar goa kecil itu. Kunang-kunang mereka jadikan lampu yag menemani mereka di dalam goa kecil itu.
Setsuko di Dekat Goa tempat Tinggalnya
Hingga suatu saat Setsuko diare yang berkepanjangan karena sering makan tanah yang diimajinasikan sebagai makanan saat seita pergi mencari makan. Titik sedihnya yaitu ketika Seita nyolong makan buat adiknya dan digebukin karena katahuan, Kemudian pas dekat gua dia dibawa ke kantor polisi. Diam-diam Setsuko mengikuti abangnya nyeker, pakaian gembel dengan boneka kecil kesayangannya dan pas abangnya keluar dia nanya...(padahal dia sedang sakit,mengharukan). Dah nonton aja sendiri.....
filmnya bagus dan bermakna dah #dijamin

Tuesday, July 7, 2015

Larva Migran atau Cacing Dalam Kulit Saat Prajab

Sebenarnya kejadian ini sudah beberapa bulan terjadi pada tubuh gw, tepatnya di bagian punggung. Berhubung lagi jam santai kerja, akan gw ceritakan sedikit mengenai penyakit cacing yang hidup di dalam kulit.

Penyakit cacing dalam kulit ini sebenarnya merupakan penyakit baru yang gw dengar dan gw rasa cukup menjijikan karena harus mengimajinasikan bagaimana cacing bisa tumbuh berkembang di dalam kulit, menghisap nutrisi di dalam kulit, tidur, jalan-jalan sampai buang air di dalam tubuh kita. serem kan..
Tapi gak usah dipikirin.. Karena itu lebay

Semua berawal ketika kegiatan prajab yang harus diikuti setiap CPNS, ketika itu gw prajab di Lebak Bulus, tepatnya di Wisma Duta Wiyata, jalan Pertanian. Nama jalannya aja pertanian, jadi sudah jelas kalau tanahnya gembur #gaknyambung.
Banyak rangkaian kegiatan di tiga hari pertama prajabatan. Kegiatannya "membumi" dan dibimbing oleh para pelatih dari Kopassus. Kebetulan gw dapat Barak Asrama Kiri yang didalamnya ada 3 kamar mandi dan diisi oleh sekitar kurang lebih 21 anak. Ketika waktu pembersihan, waktunya singkat dan mandi harus cepat dan bareng-bareng karena waktu ,jumlah kamar mandi dan anak tidak berbanding lurus. Jadi mungkin karena gw mandi kurang bersih, tidak menggosok bagian punggung secara bersih maka lahirlah sekumpulan cacing-cacing "worm", warnanya merah dan kuning seperti film kartun "worm". Ditambah dengan kondisi kamar yang AC nya terlalu dingin dan pas tidur gw menggunakan jaket. Mungkin karena terlalu lelah sampai nggak sadar AC nya sudah dimatikan sama teman sekamar dan keadaan badan gw berkeringat saat bangun tidur.

Awal penyakit ini muncul ditandai dengan gatal-gatal di bagian permukaan kulit. Awalnya gatal yang tibul belum dibarengi bentol-bentol pada permukaan kulit. Saat itu gw ke tim medis dan pelatih pun memberikan obat alergi gatal. Keesokan harinya bentol itu muncul. Saat itu, masih tak terpikirkan bahwa bentol tersebut ditimbulkan oleh larva-larva cacing yang lincah. Sewaktu pelajaran, dimana siswa menggunakan kemeja putih dan menulis diatas kertas putih, tiba-tiba seekor kutu merah kecillll bergerak-gerak di atas kertas putih. Melihat kejadian itu, asumsi gatal gw terjadi karena kutu itu. Hal ini gw sampaikan ke dokter yang bertugas dan seketika itu gw langsung membersihkan kasur dan lemari pakaian, dikasih obat tetapi nggak gw makan hanya menggunakan minyak tawon dan bedak. Lanjut ketika ada waktu pesiar dan gw balik ke rumah. Sebentar ke klinik dekat rumah dan dikatakan mungkin itu cacar, saat itu bentol-bentolnya semakin besar dan diujung bentolnya ada yang beda. Tapi itu masih kemungkinan. Nah, pas balik ke Asrama dan karena belum ada perubahan gw pun kembali ke dokter di Asrama. Kali ini dokternya beda, dokternya perempuan dan lebih teliti dalam memeriksa. Dokternya menggunakan senter dan agak lama memeriksa, tiba-tiba dia bilang "mas, ini cacing.", gw pun bertanya balik "kok bisa dok?", dan selanjutnya dokternya menjelaskan adanya sebuah garis tipis yang menunjukkan pertumbuhan cacing. Kemudian diberikanlah obat semprot  yang namanya cloro etil, beda banget dengan bedak dan minyak tawon yang sebelumnya gw pakai. Rasanya dingin dan karena masih baru mengenal jenis obat ini maka langsunglah gw nge browsing tentang obat semprot itu dan efek samping dan seterusnya. Selain obat semprot, diberikan pula obat tablet yang namanya albendazole. Tetapi obat ini gw dapatkan dari tim medis beberapa hari kemudian karena obat ini rada jarang dijual di apotek. Saat itu diberikan enam tablet, tetapi satu teman anak pajak yang bernasib sama (beda lokasi,dia di bagian paha hingga bokong) meminta obat itu. tinggallah lima. Dia pun gw sarankan untuk meminta obat yang sama ke tim medis. Setelah meminum obat itu, maka rasa gatal yang melanda mulai mereda. Ditambah dengan obat semprot yang diberikan menghambat tumbuh kembang cacing di kulit.


bayangin cacing ini ada di dalam kulit lu
Sepanjang hari selama prajab, setiap ada waktu istirahat maka hal yang gw lakukan adalah browsing tentang penyakit cacing ini. Cacing yang hidup di kulit ini memiliki nama lain cutaneus larva migran yang disebapkan oleh cacing yang nama latinnya Ancylostoma Braziliense (paling sering), A caninum, Uncinaria Stenocephala (Cacing tambang pada anjing Eropa), Bunostomum Phlebotomum (Cacing Tambang pada binatang ternak). Kayaknya gw kena karena jenis cacing Ancylostoma Braziliense dah karena banyak kucing dan beberapa anjing di sana.
Setelah memakan 5 teblet obat albendazole itu rasa gatal hilang tetapi masih ada bentol-bentol yang mengganggu. Akhirnya pas selesai prajab gw kembali ke apotek untuk mecari obat yang sama. Hanya ada satu apotek yang menjual dan tersisa tiga tablet lagi yang kadaluarasanya akhir tahun 2015. harga per tabletnya murah @Rp.1.500,00. Hal ini karena gw masih takut kalau masih ada cacing lincah yang masih hidup. Nah, setelah itu barulah gw yakin kalau cacing-cacingnya udah mati karena dari beberapa sumber browsingan lima tablet aja sudah cukup. Nah, gw udah makan delapan jadi aman (pikiran orang ndeso).
Untuk bekasnya, lama-kelamaan menciut dan hilang saat kegiatan samapta...Intinya sih untuk menghindari penyakit ini ya mandi nya harus bersih dan mungkin kondisi badan harus dalam keadaan prima agar tidak mudah sakit.
Itulah sekilas pengalaman tentang penyakit cacing. Semoga bermanfaat :)


Saturday, February 28, 2015

Adu Bandring

Belakangan ini kalau gw perhatikan udah jarang sekali anak-anak main nih permainan. Awalnya karena disuruh emak ambilin benang-benang layangan yang nyangkut di genteng, kebetulan dekat kabel listrik.
Langsung aja dah...
Sejarah penamaan adu bandring gw gak tau dari mana, yang jelas permainan ini dulu kerap kali dimainkan oleh anak-anak kecil yang gak modal. Maklum saja, gak mampu beli benang atau kalau minta duit ke orang tua bilang mau beli benang gak dikasih. Nah, permainan ini sendiri bisa dimainkan minimal oleh dua orang bocah yang tidak ada kerjaan. Modalnya cukup mudah yaitu:
-benang
-batu kecil atau kayu
-insting
cara mainnya pun cukup mudah. Biasanya dimulai dengan pencarian benang gelasan dari layangan putus atau benang yang kusut. Biasanya benang kusut itu terjadi ketika ada seseorang kebanyakan ngulur benang dan tiba-tiba mau ngadu atau ada hal lain sehingga benangnya di ditarik secara cepat (nama kampungnya dibetot secara terus menerus). Kemudian benang gelasan diikatkan pada batu kecil atau kayu atau biji mangga atau apapun yang menurut lu bagus. Selanjutnya kedua anak mengayunkan benangnya hingga bertemu antar pemberat yang diikatkan pada benangnya. Kemudian saling tarik menarik hingga salah satu benangnya putus. 
Permainan ini sendiri menurut gw cukup sederhana tapi bisa dikembangkan yaitu ketika ada beberapa anak yang ikut. Kadang kala bisa dibuat beberapa tim sehingga kalau ada dua anak yang awalnya beradu benang bisa dibela temannya yang langsung melemparkan benangnya ke bentangan tali lawannya yang sedang terikat dengan teman setimnya, kemudian ditarik hingga benang musuhnya putus. Tapi perlu diperhatikan kalau benang musuhnya bagus malah bisa-bisa dua orang yang menyerangnya yang malah putus. Selain itu pemilihan pemberat sangat penting karena pengaruh terhadap ayunan dan tarikan yang ditimbulkan pada benang lawan.
Begitulah sedikit nostalgia dengan permainan di masa kecil. Semoga gak punah ditelan kemajuan zaman.

Wednesday, February 25, 2015

LIBURAN MENDADAK KE YOGYAKARTA

#dibuangsayang
Awalnya nih cerita gw bikin buat ikutan lomba jalan2 gratis yang diselenggarakan PT.KAI untuk dapat naik kereta uap jadul gt di ambarawa. Tapi gak menang dan sayang juga kalau dibuang. Beginilah ceritanya...

Hari libur merupakan hari yang ditunggu oleh sebagian besar siswa Sekolah Dasar hingga siswa Sekolah Menengah Atas, begitu pula dengan para mahasiswa. Akan tetapi, waktu liburan yang waktunya “tanggung” ini terkadang membuat para mahasiswa bingung untuk menghabiskan waktu jika hanya berdiam diri di dalam kost an. Hal inilah yang mengawali kisah saya dan empat orang teman saat libur kuliah yang dirasa tanggung untuk balik ke kampung halaman dan sangat disayangkan bila tidak digunakan untuk jalan-jalan.
barik, alfri, sigra dan fio
Alhasil, kesempatan ini pun kami gunakan untuk pergi berlibur ke kota Yogyakarta menggunakan Kereta api. Tentunya kelas yang kami pilih merupakan kelas ekonomi menggunakan keretabernama Progo. Hal ini bukan karena kehabisan tiket eksekutif akan tetapi karena isi dompet yang tidak memungkinkan. Sebelum lanjut ceritanya, niat jalan-jalan ini (20 Oktober 2011 hingga 24 Oktober 2011) sebenarnya merupakan ide spontan (dadakan) yang dilontarkan oleh teman saat istirahat dalam perkuliahan dan secara spontan pula kami ber lima yang kesemuanya tidak berasal dari Yogyakarta pun setuju untuk berlibur menggunakan kereta api. Satu teman berasal dari Larantuka dan tiga orang lainnya berasal dari Pulau Sumatera.

Transit di Stasiun Cirebon
Kami memulai perjalanan dari Stasiun Jatinegara pada malam hari. Kami pun tiba sekitar dua jam sebelum jadwal keberangkatan. Awalnya kami cukup bosan untuk menunggu datangnya kereta yang masih lama datang, tetapi kami tetap menikmati suasana Stasiun Jatinegara dengan diiringi percakapan diantara kami. Kereta pun tiba dari arah Stasiun Senen dan kami pun masuk untuk mencari kursi yang sesuai dengan nomor kursi pada tiket. Kursi yang kami pesan tidak dalam satu kelompok kursi yang berdekatan, ada dua kursi yang tidak berdekatan. Saya putuskan untuk mengambil satu dari dua kursi yang tidak berdekatan tersebut. Hal ini sengaja saya lakukan karena rasa keingintahuan untuk berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang yang belum saya kenal. Dalam benak hati mungkin bisa bertemu seorang gadis dan mengalami kisah seperti film “Before Sunrise”. Sayang nya harapan saya meleset karena orang yang duduk di sebelah saya ternyata nenek-nenek beserta keluarga nya, saya pun menghampiri ketiga teman dan menanyakan penumpang lain apa ada yang mau pindah kursi dan ternyata ada karena saudaranya duduk dekat kursi saya. Kami pun bertukar tempat duduk dan dapat duduk dekat dengan yang lainnya. Satu teman masih nyaman dengan kursinya.
ngobrol-ngobrol dalam kereta
Gelapnya suasana di luar kereta tidak sedikit pun mempengaruhi keramaian yang terjadi di dalam kereta. Hampir semua penumpang bercengkerama di dalam kereta kelas ekonomi tersebut. Begitu pula dengan kami yang sepanjang perjalanan bercengkerama satu sama lain dengan topik pembicaraan yang kemana-mana. Dari masalah di perkuliahan hingga tempat-tempat malam yang seru untuk dikunjungi di Yogyakarta, maklum lah anak muda yang rasa ingin tahunya besar sekali. Selama dalam perjalanan, tidak banyak pemandangan yang dapat terlihat karena hari sudah larut malam. Setelah beberapa jam, kereta pun tiba di Stasiun Cirebon. Kami yang ber lima belum pernah ke Cirebon sebentar keluar untuk dapat merasakan suasana kota Cirebon dari dalam Stasiun. Stasiunnya pun cukup besar dan walau hari sudah larut malam namun suasana Stasiun Cirebon masih cukup ramai oleh pedagang dan tentunya oleh para penumpang yang turun di Stasiun Cirebon. Satu hal yang tidak lupa untuk dilakukan yaitu berfoto di Stasiun Cirebon, maklum saja karena kami belum pernah kesini dan foto-foto merupakan salah satu hal yang sangat sayang untuk dilewatkan. Peluit dari petugas pun ditiupkan panjang dan  kereta melanjutkan perjalanan. Kami melanjutkan perjalanan dan suasana di dalam kereta pun tidak pernah sepi. Mulai dari suara batuk, tangisan anak kecil, suara pedagang yang menjajakan dagangan hingga pengamen jalanan yang saya rasa menghibur. Kami pun sangat beruntung karena pada saat itu  jumlah kursi dan penumpang sudah disesuaikan sehingga walaupun kelas ekonomi, kereta tidak penuh karena antara jumlah penumpang dengan jumlah kursi sudah disesuaikan. Sepanjang perjalanan kami bercengkerama dan sesekali “tidur-tidur ayam”, sesaat  tidur sesaat lagi bangun.
Pagi pun mulai tiba dan pemandangan pun mulai dapat terlihat. Dari dalam kereta, kami bisa melihat hamparan sawah yang luas seluas mata memandang, deretan rumah yang beberapa diantaranya masih dalam bentuk rumah tradisional, anak-anak yang sedang bermain hingga bentuk pemakaman Jawa yang bentuknya sedikit berbeda dengan bentuk pemakaman yang saya lihat di Jakarta. Semuanya sangat lah berharga bagi saya karena bisa melihat hal-hal baru yang sebelumnya belum pernah dilihat. Kereta pun terus berjalan dan rasa kantuk pun mulai datang. Alhasil saya sempatkan tidur sebentar dengan posisi badan yang sudah cukup nyaman karena bisa tiduran sepanjang bangku yang sebagian penumpangnya sudah turun di beberapa stasiun sebelumnya. Tak berapa lama saya bangun kembali dan kereta pun membawa kami semakin dekat dengan kota Yogyakarta.  Kereta pun tiba di Stasiun Lempuyangan. Setibanya di stasiun Lempuyangan, kami pun berfoto lagi sebelum keluar dari dalam stasiun.
main ke UGM
Selama di kota Yogyakarta banyak tempat yang kami kunjungi baik berlima atau dengan teman SMA yang sedang menempuh pendidikan di kota Yogyakarta, tak lupa untuk foto nya. Saya pun bermalam pindah-pindah dari kost yang satu ke yang lain di sekitar kampus yang namanya diambil dari nama patih Kerajaan Majapahit yang terkenal dengan Sumpah Palapa nya. Mulai dari Malioboro dan Pasar Beringharjo yang kami jadikan sebagai tempat membeli oleh-oleh, lanjut ke Candi Prambanan, keliling kota Yogyakarta menggunakan Trans Jogja, kawasan universitas UGM dan berbagai tempat lainnya. Salah satu
Prambanan (sok2an bikin album) 
yang tidak terlupakan yaitu ketika datang ke Java Karnaval. Acara tersebut merupakan acara tahunan di Yogyakarta, dilaksanakan di sepanjang Jalan Malioboro hingga ke Alun-Alun. Saat itu kami pun
takjub dengan kemeriahan pawai dan banyaknya warga yang berkumpul di Jalan Malioboro. Suasana pun bertambah ceria ketika kami bertemu teman-teman yang lain, kami pun bercengkrama dan menikmati keramaian kota Yogyakarta sambil memakan jajanan yang tersedia.
Keesokannya, kami pun kembali pulang ke Jakarta dengan menggunakan kereta api dari stasiun Lempuyangan. Empat teman saya turun di Stasiun Jatinegara dan saya memutuskan untuk turun di Stasiun Senen agar lebih dekat naik angkot ke rumah. Satu hal yang tidak terlupakan ketika tiba di Stasiun Senen sekitar jam satu an malam dan saya hampir dicopet karena seorang diri keluar dari Stasiun Senen ke arah jalan raya mengarah ke Tugu Proklamasi. Merasa diikuti, maka saya mundur dan membeli minuman air mineral sambil berbicara dengan ibu-ibu penjual minuman tersebut. Berkat kebaikan dan arahan ibu itu, saya bisa terlepas dari tangan-tangan jahil di sekitar Stasiun Pasar Senen dan pulang bersama dengan penumpang kereta lain yang menggunakan motor hingga sampai ke rumah dengan selamat dan tanpa kekurangan apa pun. Itu lah cerita singkat pengalaman berlibur menggunakan kereta api ke Yogyakarta dan  kenangan itu pun selalu terlintas ketika mendengar lagu Kla Project yang berjudul Yogyakarta.

Nb: Tidak lupa terimakasih juga buat kawan2 SMA gw yang pada kuliah di jogja yang kasih tebengan kos (raden bagus, azhar, ucup onta), ngaterin kesana kemari (widi,ernisa),dll.

Tuesday, February 3, 2015

How Are You Mayu

As usual, today my duty at terminal 2 soekarno hatta international airport (SHIA), fortuity today at terminal arrival 2E where most of the passanger who pass are use garuda plane. This times is so differet with another day that i through at terminal, almost everyday i get new experience but today i say “spesial experience” because my imagination fly into a romantic n fun film which have a “gantung” ending. So, this is my story in indonesian language....cekidot
Pagi tadi, tepatnya sekitar jam 8 pagi nampak seorang perempuan yang masih muda, cantik, rambut bergelombang, putih, gak jerawatan, dst yang datang ke pos “customs” yang menanyakan tentang handphone nya yang tertinggal dan apakah kami melihatnya. Awalnya senior gw yang ajak ngomong dan setelah ditanya-tanya tidak ada yang melihat, tentu ngomongnya pakai bahasa inggris. Dia bilang bahwa dia mengunakan maskapai garuda dari Haneda dan tiba sekitar jam 07.35. Nah, karena dia cantik dan sendirian dengan tampang yang rada sedih karena handphone iphone 5 nya hilang, gw pun mengajak dia ke dalam hangar untuk menanyakan ke kasubsi apa ada handphone yang tertinggal, kebetulan jam segitu penumpang masih sepi #bisadicek. Kami (gw dan si bunga) pun ke hanggar dan jawaban hanggar tidak ada. Sang kasubsi pun menyarankan agar menanyakan hal tersebut ke hangar yang ada di 2D. Nah, jarak dari 2E ke 2 D cukup jauh, gw dan wanita jepang itu pun berjalan menuju ke 2D. Sepanjang perjalanan gw tanya ini itu dan karena gw dan dia gak begitu jago bahasa inggris percakapan pun tidak berjalan begitu lancar. Nah, di tengah jalan gw tanya tentang HP nya dan memastikan apakah HP yang dibawa dia apa memang tertinggal saat di pos tempat kami bertugas karena memang jam setengah delapan pagi kami baru ganti sift dan biasanya kalau memang benar-benar tertinggal di pos pasti ditemukan, dijamin 100%. Di tengah perjalanan dia mulai ragu dan mungkin rada nggak percaya sama gw, yakali tampang gw gak meyakinkan -_-. Dan gw bilang “trust me dan follow me”, sepanjang jalan pun gw bercengkrama tentang jepang, urusan dia datang ke Indonesia,dll yang lu pada nggak perlu tau.wkwkwk......Ternyata ini kali pertama nya visit ke Indonesia.
Katanya dia mau ke lombok selama sepuluh hari dan Hpnya tertinggal. Ketika semakin dekat ke 2D dia pun bilang tadi dia nggak kesini dan gw meyakinkan untuk tetap ikut dan setibanya di 2D kami pun bertanya kepada kasubsi dan jawabannya pun tidak melihat, kemudian tanya petugas admin n yang lain ternyata tidak lihat. Dia pun sedikit kecewa dan rada pasrah. Hmmm...gw tau lah perasaan kalau Hp lu hilang ketika lu lagi ke luar negeri sendirian. (sebenarnya gw gak tau dia sendirian atau ada temannya yg mungkin sudah nunggu di ruang tunggu keberangkatan ). Muka nya pun sedikit berubah dan gw tetap memberi secercah harapan. “if you use garuda, lets we check to lost n found garuda”. Dia pun kayaknya sudah rada males dan berusaha tetap tenang dengan mukanya yg kalem, putih,cantik n gak jerawatan”.wkwkwk....kalau aja muka nya udah ngebetein dan nyolot mah udah langsung gw bilang gak ada.
Gw pun sebenarnya gak begitu yakin kalau ada disana dan apa salahnya kalau coba tanya ke petugas “LF Garuda”. Tak disangka ada, terbungkus dalam kertas dan sesuai dengan yg dideskripsikan dia. Dia pun sangat senang dengan ekspresi muka yang “nyess” bgt karena Hp nya yang hilang ketemu. Berkali-kali ngomong “thank you..thank you” sambil menundukkan kepalanya. Nah, pas dia ambil itu dia menuliskan namanya di kertas yang mengulung Hp nya itu sebagai bukti bagi petugas LF garudanya, dan gw lihat namanya “mayu” ...... lupa kata keduanya dan meninggalkan nomor teleponnya di kertas itu. Setelah itu kami keluar dan mengantar dia ke pos 2E untuk melanjutkan perjalannya ke lombok. Sekilas pas dia menemukan HP dan dalam perjalanan kurang dari satu menit ke pos 2E, dia KAYAKNYA (perasaan doang) mau nanya “whats your name?” dan gw hanya diam sambil senyum dan dia pun senyum sambil jalan.
Nah, gobloknya kan pas dah mau jalan dan lihat mukanya baru gw “nyesel” menanyakan nama dan tanya apa dia punya account media sosial. Mungkin saja bisa berteman di dalam media sosial dan berbagi informasi. Ya, kali aja suatu saat nanti bisa pergi ke Jepang atau negara lain. AMIN dan ketemu dia lagi.
Seharian gw mikir dan sebenarnya bisa aja kalau mau, gw bisa minta nama lengkap n no.hp nya ke pos LF Garuda, tetapi gw inget film hello stanger (Tai banget kan imajinasinya) ketika ketemu tapi gak tau namanya satu sama lain dan gw sengaja kan saja kisah ini biar kayak di film itu.wkwkwkkw....sampah bgt ya imajinasi gw.

Pas gw ngobrol sama senior pun pada bilang kenapa lu gak kenalan nal. Nah, ada lagi senior yang bilang “ikeh ikeh ikeh” dengan nada mendesah dan bilang kalau cewe jepang gitu nal bunyinya.wkwkwk..... kan tambah bego dah.