Wednesday, February 25, 2015

LIBURAN MENDADAK KE YOGYAKARTA

#dibuangsayang
Awalnya nih cerita gw bikin buat ikutan lomba jalan2 gratis yang diselenggarakan PT.KAI untuk dapat naik kereta uap jadul gt di ambarawa. Tapi gak menang dan sayang juga kalau dibuang. Beginilah ceritanya...

Hari libur merupakan hari yang ditunggu oleh sebagian besar siswa Sekolah Dasar hingga siswa Sekolah Menengah Atas, begitu pula dengan para mahasiswa. Akan tetapi, waktu liburan yang waktunya “tanggung” ini terkadang membuat para mahasiswa bingung untuk menghabiskan waktu jika hanya berdiam diri di dalam kost an. Hal inilah yang mengawali kisah saya dan empat orang teman saat libur kuliah yang dirasa tanggung untuk balik ke kampung halaman dan sangat disayangkan bila tidak digunakan untuk jalan-jalan.
barik, alfri, sigra dan fio
Alhasil, kesempatan ini pun kami gunakan untuk pergi berlibur ke kota Yogyakarta menggunakan Kereta api. Tentunya kelas yang kami pilih merupakan kelas ekonomi menggunakan keretabernama Progo. Hal ini bukan karena kehabisan tiket eksekutif akan tetapi karena isi dompet yang tidak memungkinkan. Sebelum lanjut ceritanya, niat jalan-jalan ini (20 Oktober 2011 hingga 24 Oktober 2011) sebenarnya merupakan ide spontan (dadakan) yang dilontarkan oleh teman saat istirahat dalam perkuliahan dan secara spontan pula kami ber lima yang kesemuanya tidak berasal dari Yogyakarta pun setuju untuk berlibur menggunakan kereta api. Satu teman berasal dari Larantuka dan tiga orang lainnya berasal dari Pulau Sumatera.

Transit di Stasiun Cirebon
Kami memulai perjalanan dari Stasiun Jatinegara pada malam hari. Kami pun tiba sekitar dua jam sebelum jadwal keberangkatan. Awalnya kami cukup bosan untuk menunggu datangnya kereta yang masih lama datang, tetapi kami tetap menikmati suasana Stasiun Jatinegara dengan diiringi percakapan diantara kami. Kereta pun tiba dari arah Stasiun Senen dan kami pun masuk untuk mencari kursi yang sesuai dengan nomor kursi pada tiket. Kursi yang kami pesan tidak dalam satu kelompok kursi yang berdekatan, ada dua kursi yang tidak berdekatan. Saya putuskan untuk mengambil satu dari dua kursi yang tidak berdekatan tersebut. Hal ini sengaja saya lakukan karena rasa keingintahuan untuk berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang yang belum saya kenal. Dalam benak hati mungkin bisa bertemu seorang gadis dan mengalami kisah seperti film “Before Sunrise”. Sayang nya harapan saya meleset karena orang yang duduk di sebelah saya ternyata nenek-nenek beserta keluarga nya, saya pun menghampiri ketiga teman dan menanyakan penumpang lain apa ada yang mau pindah kursi dan ternyata ada karena saudaranya duduk dekat kursi saya. Kami pun bertukar tempat duduk dan dapat duduk dekat dengan yang lainnya. Satu teman masih nyaman dengan kursinya.
ngobrol-ngobrol dalam kereta
Gelapnya suasana di luar kereta tidak sedikit pun mempengaruhi keramaian yang terjadi di dalam kereta. Hampir semua penumpang bercengkerama di dalam kereta kelas ekonomi tersebut. Begitu pula dengan kami yang sepanjang perjalanan bercengkerama satu sama lain dengan topik pembicaraan yang kemana-mana. Dari masalah di perkuliahan hingga tempat-tempat malam yang seru untuk dikunjungi di Yogyakarta, maklum lah anak muda yang rasa ingin tahunya besar sekali. Selama dalam perjalanan, tidak banyak pemandangan yang dapat terlihat karena hari sudah larut malam. Setelah beberapa jam, kereta pun tiba di Stasiun Cirebon. Kami yang ber lima belum pernah ke Cirebon sebentar keluar untuk dapat merasakan suasana kota Cirebon dari dalam Stasiun. Stasiunnya pun cukup besar dan walau hari sudah larut malam namun suasana Stasiun Cirebon masih cukup ramai oleh pedagang dan tentunya oleh para penumpang yang turun di Stasiun Cirebon. Satu hal yang tidak lupa untuk dilakukan yaitu berfoto di Stasiun Cirebon, maklum saja karena kami belum pernah kesini dan foto-foto merupakan salah satu hal yang sangat sayang untuk dilewatkan. Peluit dari petugas pun ditiupkan panjang dan  kereta melanjutkan perjalanan. Kami melanjutkan perjalanan dan suasana di dalam kereta pun tidak pernah sepi. Mulai dari suara batuk, tangisan anak kecil, suara pedagang yang menjajakan dagangan hingga pengamen jalanan yang saya rasa menghibur. Kami pun sangat beruntung karena pada saat itu  jumlah kursi dan penumpang sudah disesuaikan sehingga walaupun kelas ekonomi, kereta tidak penuh karena antara jumlah penumpang dengan jumlah kursi sudah disesuaikan. Sepanjang perjalanan kami bercengkerama dan sesekali “tidur-tidur ayam”, sesaat  tidur sesaat lagi bangun.
Pagi pun mulai tiba dan pemandangan pun mulai dapat terlihat. Dari dalam kereta, kami bisa melihat hamparan sawah yang luas seluas mata memandang, deretan rumah yang beberapa diantaranya masih dalam bentuk rumah tradisional, anak-anak yang sedang bermain hingga bentuk pemakaman Jawa yang bentuknya sedikit berbeda dengan bentuk pemakaman yang saya lihat di Jakarta. Semuanya sangat lah berharga bagi saya karena bisa melihat hal-hal baru yang sebelumnya belum pernah dilihat. Kereta pun terus berjalan dan rasa kantuk pun mulai datang. Alhasil saya sempatkan tidur sebentar dengan posisi badan yang sudah cukup nyaman karena bisa tiduran sepanjang bangku yang sebagian penumpangnya sudah turun di beberapa stasiun sebelumnya. Tak berapa lama saya bangun kembali dan kereta pun membawa kami semakin dekat dengan kota Yogyakarta.  Kereta pun tiba di Stasiun Lempuyangan. Setibanya di stasiun Lempuyangan, kami pun berfoto lagi sebelum keluar dari dalam stasiun.
main ke UGM
Selama di kota Yogyakarta banyak tempat yang kami kunjungi baik berlima atau dengan teman SMA yang sedang menempuh pendidikan di kota Yogyakarta, tak lupa untuk foto nya. Saya pun bermalam pindah-pindah dari kost yang satu ke yang lain di sekitar kampus yang namanya diambil dari nama patih Kerajaan Majapahit yang terkenal dengan Sumpah Palapa nya. Mulai dari Malioboro dan Pasar Beringharjo yang kami jadikan sebagai tempat membeli oleh-oleh, lanjut ke Candi Prambanan, keliling kota Yogyakarta menggunakan Trans Jogja, kawasan universitas UGM dan berbagai tempat lainnya. Salah satu
Prambanan (sok2an bikin album) 
yang tidak terlupakan yaitu ketika datang ke Java Karnaval. Acara tersebut merupakan acara tahunan di Yogyakarta, dilaksanakan di sepanjang Jalan Malioboro hingga ke Alun-Alun. Saat itu kami pun
takjub dengan kemeriahan pawai dan banyaknya warga yang berkumpul di Jalan Malioboro. Suasana pun bertambah ceria ketika kami bertemu teman-teman yang lain, kami pun bercengkrama dan menikmati keramaian kota Yogyakarta sambil memakan jajanan yang tersedia.
Keesokannya, kami pun kembali pulang ke Jakarta dengan menggunakan kereta api dari stasiun Lempuyangan. Empat teman saya turun di Stasiun Jatinegara dan saya memutuskan untuk turun di Stasiun Senen agar lebih dekat naik angkot ke rumah. Satu hal yang tidak terlupakan ketika tiba di Stasiun Senen sekitar jam satu an malam dan saya hampir dicopet karena seorang diri keluar dari Stasiun Senen ke arah jalan raya mengarah ke Tugu Proklamasi. Merasa diikuti, maka saya mundur dan membeli minuman air mineral sambil berbicara dengan ibu-ibu penjual minuman tersebut. Berkat kebaikan dan arahan ibu itu, saya bisa terlepas dari tangan-tangan jahil di sekitar Stasiun Pasar Senen dan pulang bersama dengan penumpang kereta lain yang menggunakan motor hingga sampai ke rumah dengan selamat dan tanpa kekurangan apa pun. Itu lah cerita singkat pengalaman berlibur menggunakan kereta api ke Yogyakarta dan  kenangan itu pun selalu terlintas ketika mendengar lagu Kla Project yang berjudul Yogyakarta.

Nb: Tidak lupa terimakasih juga buat kawan2 SMA gw yang pada kuliah di jogja yang kasih tebengan kos (raden bagus, azhar, ucup onta), ngaterin kesana kemari (widi,ernisa),dll.

1 comment: