Sebelum membahas pokok
permasalahan, saya akan bertanya apakah anda sebelumnya pernah mendengar
istilah “mahasiswa ramah lingkungan”? Saya pribadi belum pernah dan mungkin
anda juga. Selama ini yang pernah kita dengar mungkin istilah “teknologi ramah
lingkungan” yang mulai marak dikembangkan para peneliti dan produsen produk
elektronik, salah satunya produknya yaitu mobil ramah lingkungan yang akan
dijual ke pasar dengan kisaran harga sekitar seratus juta rupiah (sumber http://www.kemenperin.go.id/artikel/4934/Harga-Mobil-Ramah-Lingkungan-Bakal-Naik). Tentunya produk - produk ramah lingkungan seperti ini akan memberi nilai tambah
terhadap benda itu sendiri. Nilai tambah tersebut dapat dirasakan oleh
penggunanya, orang di sekitar penggunanya, dan terhadap lingkungan alam. Tentu
dampaknya lebih baik daripada teknologi yang tidak ramah lingkungan hingga
pemerintah pun mau menurunkan Pajak
Penjualan Barang Mewah (PPnBM) dari barang tersebut. Perlu diketahui bahwa mobil
ramah lingkungan merupakan produk buatan manusia dan seharusnya manusia sebagai
pembuatnya dapat melakukan serangkaian kegiatan yang lebih ramah terhadap
kelangsungan hidup di bumi.
Belakangan
ini kerap kali kita saksikan atau bahkan mulai rasakan akibat-akibat dari pengrusakan
alam di banyak negara termasuk di Indonesia. Seperti Jakarta yang sudah
berlangganan dengan yang namanya banjir
saat musim penghujan, dan bencana longsor yang belum lama terjadi di jalur
trans Polewali – Mamasa pada tanggal 15 Maret 2013 ( sumber http://regional.kompas.com/read/2013/03/16/08505753/Kabupaten.Mamasa.Masih.Terisolir.Longsor).
Bencana ini terjadi tidak lepas dari peranan manusia dengan sifat ketamakannya
yang tidak mau berpikir panjang dari akibat perbuatan yang dilakukan. Ketika
sebuah pilihan dan kebijakan dihadapkan dengan uang, maka tidak jarang
menggelapkan pemikikiran dan hati nurani. Akibatnya sebuah ekosistem rusak dan
tinggal menunggu waktunya saja untuk terjadi sebuah bencana. Melihat hal-hal
seperti ini perlu tindakan-tindakan prefentif dan kuratif terhadap keseimbangan
hidup di muka bumi.
Begitu pula dengan kehidupan seorang mahasiswa yang
seharusnya lebih memperhatikan lingkungan alam sekitar. Banyak hal yang dapat
kita (mahasiswa) lakukan untuk menjaga bumi dan tidak hanya menjaga tetapi juga
untuk memperbaiki kondisi bumi ini agar kembali ke keadaan yang seharusnya.
Sebagai mahasiswa yang memiliki jenjang pendidikan tinggi, seharusnya dapat
berpikir dan melakukan hal-hal yang dapat dilakukan sesuai dengan kapasitasnya
sebagai seorang mahasiswa. Tentu tidak harus dengan tindakan besar untuk
melakukan aksi dalam penyelamatan bumi, tetapi dapat dimulai dengan langkah-langkah
awal kecil seperti yang tertulis dalam kalimat bijak “seribu langkah dimulai
dari langkah pertama”. Gaya hidup, ya gaya hidup seorang mahasiswa dapat
dibentuk agar lebih bersahabat dengan alam karena kita ketahui bahwa gaya hidup
yang seperti ini merupakan gaya hidup yang menyenangkan dan saya rasa sangat
bermanfaat untuk kelangsungan hidup kita saat kita menjadi mahasiswa dan kelak
saat bekerja hingga berkeluarga nanti. Banyak sekali hal-hal kecil yang dapat
dilakukan untuk bersahabat dengan alam. Berikut gaya hidup yang dapat kita
terapkan sebagai mahasiswa yang tinggal di wilayah perkotaan sebagai aksi untuk
penyelamatan bumi diantaranya:
- Menggunakan transportasi umum untuk kuliah. Memang tidak semua mahasiswa pulang pergi dari rumah, tetapi bagi para mahasiswa yang pulang pergi dapat menggunakan sarana transportasi umum untuk mengurangi emisi gas buang yang dikeluarkan oleh kendaraan. Selain itu juga kita dapat melakukan banyak kegiatan di dalam transportasi umum, misalnya membaca jika mau ujian atau beristirahat jika lelah. Kalau dengan menggunakan transportasi umum kita belum bisa mengurangi kemacetan, setidaknya tidak menambah kemacetan yang terjadi di wilayah perkotaan. Di samping itu juga dapat mengurangi subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah terhadap penggunaan BBM yang semakin membengkak.
- Menanam pohon di dalam hunian. Kita tau bahwa manusia bernafas memerlukan Oksigen dan menghasilkan karbon dioksida. Saat ini, tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup yang memiliki peranan terbesar mendaur ulang karbon dioksida menjadi oksigen kembali. Seorang mahasiswa dapat menanam tumbuhan di dalam huniannya, selain menghasilkan oksigen juga dapat menambah nilai estetika. Jika tumbuhannya berupa pohon dapat memberi keteduhan dan jika yang kita tanam merupakan pohon buah dapat menghasilkan buah yang bisa rasakan buahnya. Hal ini pun dapat dilakukan mahasiswa yang tinggal di kost an dengan meletakkan tanaman kecil di kamarnya dan hal ini sudah beberapa kali saya lihat di lakukan oleh para mahasiswa dan mahasiswi di kamarnya, misalnya tanaman kaktus mini. Jika yang kita tanam merupakan tanaman hias maka kita juga dapat memperbanyak tanaman menjadi beberapa pot dan tidak menutup kemungkinan untuk dijual dan menambah uang saku.
- Menggunakan air dengan bijak. Air bersih merupakan salah satu barang yang sudah mulai langkah di perkotaan, misalnya saja di DKI Jakarta yang beberapa wilayahnya menggunakan air tanah sudah tidak bisa lagi merasakan air bersih, airnya sudah mulai terasa asin dan di beberapa lokasi sulit untuk mendapatkan air yang jernih. Sebagian wilayah yang warganya menggunakan mesin air juga tidak dapat mengeluarkan air karena semakin banyak warga menggunakan mesin pompa air dan tidak jarang berlomba memasukkan pipa semakin dalam dengan harapan air bisa keluar. Sebagai mahasiswa kita sepatutnya menggunakan air dengan bijak, bukan seperlunya karena keperluan setiap mahasiswa berbeda, tetapi menggunakan air dengan bijak melibatkan pemikiran yang lebih baik dan tepat terhadap penggunaan air tersebut.
- Menggunakan alat elektronik dengan bijak. Seorang mahasiswa juga sepatutnya bijak dalam menggunakan alat elektronik. Hal ini bukan berarti melarang, tetapi untuk mengingatkan bahwa listrik yang kita pakai sebagian besar masih menggunakan energi tidak terbarukan dan juga menggunakan subsidi pemerintah. Kita jauhkan pemikiran-pemikiran "masalah buat lo? Yang bayar gw kok yang sewot elo!” yang belakangan ini mulai kerap didengar. Sebagai contoh, ketika menggunakan air conditioner (AC) sebaiknya dengan menutup pintu dan dioperasikan saat kita membutuhkan, bukan hanya sebagai keinginan. Ketika pergi juga seharusnya AC dimatikan jangan dibiarkan dalam kondisi beroperasi (AC nya hidup) dan juga dengan mematikan lampu saat meninggalkan kamar tidur.
- Menggunakan sepeda atau berjalan kaki. Jika hendak bepergian ke suatu tempat yang kita rasa dapat berjalan kaki atau menggunakan sepeda, sebaiknya menggunakan solusi alternatif ini. Sadar atau tidak sadar, sebagai seorang mahasiswa yang umumnya masih membutuhan uang dari orang tua. Dengan berjalan kaki atau menggunakan sepeda kita dapat menghemat uang saku dan tentu hal ini juga merupakan kegiatan olahraga. Sebagai contoh ketika ingin pergi ke rumah atau kost an teman, kita berjalan kaki maka selain berolahraga kita juga menghemat uang tanpa harus menggunakan kendaraan bermotor. Ketika ingin berolah raga pun tidak harus membutukan waktu khusus dan uang tetapi cara seperti ini dapat menghemat uang dan dilakukan bersamaan dengan tujuan yang ingin dicapai lainnya.
- Tidak membuang sampah sembarangan. Hal ini memang terdengar klasik dan sudah sangat sering dibicarakan, tetapi hingga sekarang pun harus tetap diingatkan agar orang yang sudah melakukan tetap melakukan dan bagi orang yang belum melakukan dapat melakukan hal ini sehingga kesadaran akan membuang sampah pada tempatnya semakin meningkat dan menjadi kebiasaan.
- Menggunakan kertas sesuai kebutuhan, mengurangi penggunaan plastik, dan lain-lain yang saya rasa setiap mahasiswa dengan pemikiran dan kreatifitasnya dapat lakukan.
Itulah sebagian langkah-langah kecil yang dapat dilakukan
seorang mahasiswa sebagai upaya untuk menyelamatkan kelangsungan hidup di bumi.
Ketika sudah melakukan hal-hal seperti ini, maka kita dapat melanjutkan aksi-aksi
kita dengan membentuk suatu komunitas pecinta lingkungan yang memang memiliki
kesadaran untuk menyelamatkan kelangsungan hidup di bumi. Dari komunitas-komunitas
kecil ini maka akan terjadi komunikasi diantara orang-orang yang memiliki
pemikiran berbeda namun satu tujuan untuk menyelamatkan kelangsungan hidup di
bumi. Tidak menutup kemungkinan komunitas ini akan melakukan serangkaian
kegiatan yang dapat dilihat lebih banyak orang dan saya rasa orang yang
melihatnya akan berempati dan mau untuk memulai untuk hidup yang “ramah
lingkungan”. Jika kesadaran ini sudah tertanam dalam pemikiran banyak mahasiswa maka di tahun - tahun berikutnya akan semakin banyak produk-produk yang ramah lingkungan yang dihasilkan. Misalnya saja
dengan pembangunan rumah yang bersahabat dengan alam, mulai dengan desainnya
yang memiliki ruang terbuka untuk menghemat pemakaian lampu dan pemanfaatan lahan
secara efisien. Itulah beberapa langkah kecil yang saya rasa realisitis untuk
dilakukan setiap mahasiswa. Dengan pemikiran ini maka kelangsungan hidup di
bumi yang kita cintai ini akan dapat bertahan dan berangsur-angur pulih ke
keadaan yang seharusnya.
No comments:
Post a Comment