Monday, April 7, 2014

HUJAN ASAM

Sebelumnya sudah lama juga nih nggak ngeblog. Kali ini, lagi nggak ada kerjaan dan berhubung ada wifi kantor maka nggak ada salahnya berbagi ilmu, terutama mungkin buat anak SMA. Silahkan dibaca, salah satu karya ilmiah yang pernah saya tulis sewaktu mengikuti kegiatan ekstrakulikuler KIR (kelompok ilmiah remaja) dan ikut lomba di

PENGARUH HUJAN ASAM
TERHADAP KUALITAS KONTROL LINGKUNGAN
SERTA USAHA PENANGGULANGANNYA


ABSTRAKSI

Hujan asam dapat diartikan sebagai hujan yang memiliki kandungan ph yang lebih rendah dari pH hujan biasa yaitu sebesar 5,6. Perbedaan tersebut terjadi akibat adanya polutan berupa gas SO2 (sulfur dioksida) dan NO2 (nitrogen dioksida) yang berlebihan di dalam air hujan tersebut. Kedua gas ini merupakan gas yang memiliki sifat asam. Meskipun memiliki perbedaan dalam hal pH, secara kasat mata kita tidak dapat membedakan antara yang mana hujan biasa (normal) dengan hujan asam.  Hujan asam sendiri dapat memberi dampak bagi kehidupan di sekitar kita, dan dampak yang diberikan 100% merugikan. Tidak hanya berlaku untuk manusia, tetapi untuk semua makhluk hidup. Bahkan benda mati yang sensitif terkena asam dapat mengalami kerusakan. Hujan asam dapat membawa kematian bagi banyak makhluk hidup bila tidak ditangani dengan serius.
            Untuk mengetahui pengaruh hujan asam terhadap lingkungan sekitar, dilakukan penelitian dengan pengumpulan data tingkat keasaman air hujan di Jakarta dan dilakukan juga pengumpulan informasi mengenai sumber polutan tersebut. Data membuktikan bahwa rata – rata tahunan keasaman air hujan di DKI Jakarta setelah tahun 2004 hingga sekarang dibawah ph 5. Hal ini tentunya perlu diatasi agar hujan asam tidak menjadi masalah besar yang merugikan seperti yang terjadi di beberapa negara maju, diantaranya China, Jerman, Rusia, dan lain-lain.
Faktor utama yang menyebapkan terjadinya hujan asam yaitu tingkat kepadatan penduduk dan teknologi (terutama bidang perindustrian) dalam suatu kawasan. Semakin padat penduduk dan semakin maju teknologi, kemungkinan terjadi hujan asam akan semakin tinggi. Teknologi yang maju akan membutuhkan energi yang banyak pula untuk memenuhi kebutuhan hidup. Terlebih-lebih apabila kurangnya kesadaran akan bahaya gas SO2 dan NO2 yang berlebihan dalam air hujan. Banyak hal yang dapat mempengaruhi tingkat keasaman dari air hujan asam, mulai dari faktor alam dan ulah manusia. Hujan asam merupakan bagian dari deposisi asam, bukan deposisi asam.        

            Banyak sekali upaya yang telah dilakukan pihak pemerintah dan pihak swasta di DKI Jakarta dalam mengatasi masalah hujan asam. Mulai dengan penanaman pohon, penggunaan bahan bakar dengan hemat, mengolah limbah gas SO2 hingga mengaplikasikan prinsip 3R (reuse, reduce, recycle). Semuanya dilakukan agar hujan asam dapat dihentikan dan tidak memberi berbagai dampak buruk yang bahkan belum pernah terjadi pada waktu sebelumnya.
PENDAHULUAN

            Pesatnya perkembangan industrialisasi dan sistem transportasi di dunia, contohnya DKI Jakarta menimbulkan sebuah konsekuensi yang akan terjadi yaitu akan semakin meningkatnya zat-zat polutan yang dikeluarkan dari kegiatan industri dan transportasi. Keberadaan zat-zat polutan di udara ini tentunya akan berpengaruh terhadap proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara. Salah satu dampaknya yaitu hujan asam yang terjadi bersamaan dengan siklus alam.
            Istilah hujan asam pertama kali dikemukakan oleh ilmuwan Inggris bernama Robert Angus Smith pada tahun 1872, saat melakukan penelitian di kawasan industri di Manchester, Inggris. Ditemukan bahwa adanya perubahan ekosistem yang sangat mengerikan yaitu banyaknya pepohonan dan ikan yang mati di sekitar daerah industri tersebut. Banyak para ilmuwan lain tidak memperhatikan dampak tersebut, namun dalam beberapa dekade terakhir, para ilmuwan telah menyadari bahwa penyebaran keasaman air hujan telah menyebabkan kerusakan yang banyak dan semakin meluas.
            Hujan asam sebenarnya merupakan bagian dari deposisi asam. Deposisi asam sendiri terbagi menjadi dua yaitu deposisi kering dan deposisi basah. Hujan asam termasuk dalam bagian deposisi basah, dikatakan basah karena merupakan kejadian-kejadian pada saat bahan-bahan pencemar atau polutan di udara yang bersifat asam berikatan dengan oksigen dan air, turun ke permukaan bumi akibat adanya gaya gravitasi.
            Pembentukkan hujan asam di atmosfer, dipengaruhi oleh siklus-siklus bahan-bahan pencemar (polutan) di bagian atmosfer yang terendah yaitu troposfer. Bahan-bahan pencemar atau polutan penyebap utama hujan asam yang ada di troposfer adalah oksida nitrogen dan sulfur dioksida akan mengalami mekanisme reaksi kimia membentuk senyawa asam dan larut dalam butir-butir air berupa awan. Secara alami air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan selalu mengandung asam karbonat, yaitu asam yang bersifat asam lemah yang terbentuk akibat proses alami dari siklus kehidupan berupa karbon dioksida, mulai dari letusan gunung berapi, pembusukan dalam tanah, dan penguapan air laut. Sifat asam lemah ini sangat diperlukan oleh banyak makhluk hidup. Itulah sebabnya pH air hujan alami (normal) selalu berkisar 5,6 (sesuai dengan kesepakatan WHO). Artinya air hujan yang memiliki pH diatas 5,6 dikatakan hujan bersifat basa dan sebaliknya, apabila pH dibawah 5,6 dikatakan air hujan tersebut bersifat asam.
            Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia merupakan kota yang tanpa pernah berhenti aktivitasnya dengan pusat industri, pusat pemerintahan, pusat perdagangan serta tak luput dari pusat sasaran para insan dari dalam dan luar negeri. Hal itu tentunya menjadikan Jakarta sebagai salah satu kota besar di dunia dengan tingkat polusi yang tinggi. Dari pemantauan pH air hujan di Badan Meteoroloi Geofisika (BMG) stasiun Kemayoran, menunjukkan bahwa sebagian besar air hujan berada di bawah pH air hujan normal.
            Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan trend hujan asam dengan objek di DKI Jakarta dengan informasi-informasi yang berkaitan dengan hujan asam. Dalam pengumpulan data digunakan teknik wawancara, pengamatan tidak langsung serta dengan pengumpulan informasi baik dari buku dan internet.

  
ISI

1.Pengertian dan Proses Hujan Asam
Hujan asam memiliki sifat yang asam, belum tentu memiliki rasa asam. Karena untuk menimbulkan rasa yang asam dibutuhkan konsentrasi tingkat keasaman yang berselisih tinggi antara polutan yang bersifat asam dengan polutan yang bersifat basa. Untuk air hujan , batas keasaman (pH) yang telah disepakati secara internasional adalah sebesar 5,6. Hujan yang demikian disebut hujan alami (tidak tercemar). Hal ini disebabkan karena semua hujan yang turun ke permukaan bumi mengandung asam karbonat (HCO3) yang bersifat asam lemah. Sifat asam lemah ini sangat diperlukan oleh banyak makhluk hidup. Artinya hujan asam memiliki pH dibawah 5,6 karena adanya sumber polusi dari aktifitas manusia atau sering dikatakan sumber antropogenik.  Sumber tersebut antara lain; asap kendaraan, limbah industri, dan jumlah penduduk serta PLTU.
Hujan asam terjadi karena 2 indikator utama yaitu adanya limbah gas SO2 dan NO2 yang bersumber pada bahan bakar berupa batubara. Nitrogen oksida sering disebut dengan Nox karena oksida nitrogen memiliki 2 bentuk yang sifatnya berbeda, yakni gas NO2 dan NO. Sifat gas NO2 adalah berwarna dan berbau, sedangkan NO tidak berwarna dan tidak berbau. Gas ini terbentuk dari gas buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listrik, transportasi, dan pembuangan sampah. Sedangkan belerang oksida atau sering ditulis dengan Sox atau gas SO2 dan gas SO3 yang keduanya memiliki sifat yang berbeda. SO2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangakan SO3 mudah terbakar. Gas ini terbentuk karena pemakaian energi batubara, transportasi, dll. Keduanya memiliki sifat asam, belum tentu rasa asam. Bukan seperti jeruk yang memiliki sifat dan rasa asam. Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan yang sebagian besar merupakan tumbuhan primitif (alga, silofita, pteryiopita, gymnospermae, dan angiospermae). Pembentukannya lambat dan memerlukan waktu yang sangat lama. Kemudian setelah diambil, batubara diolah dengan proses gasifikasi (proses untuk merubah batubara padat menjadi gas batubara yang mudah terbakar). Proses ini menghasilkan produk yang dapat digunakan. Dalam penggunaan produk tersebut menghasilkan banyak gas, contohnya sulfur dan nitrogen.
Proses terjadinya hujan asam diawali dengan matahari yang bersinar menyebabkan terjadinya penguapan air baik dari danau, laut, kali dan perairan yang lain. Bersamaan dengan itu, aktifitas-aktifitas manusia juga sedang berlangsung. Banyak polusi berupa SO2 dan NO yang dihasilkan baik dari kendaraan, pabrik, dll. Gas-gas tersebut melayang bebas di lapisan udara terendah yaitu troposfer dan bila berikatan dengan O2 dan H2O maka terjadi hujan asam.
Hujan alami memiliki reaksi sederhana sebagai berikut:

CO2 + hv    =CO2 ,           kemudian bereaksi dengan awan
CO2 + H2O=H2CO3
           
Sedangkan hujan asam memiliki persamaan:

S + O2   = SO2
 2SO2 + ½O2 = 2SO3
SO3+  H2O  =  H2SO4
Atau,
N+O2=NO2
NO2+H2O=H2NO3
Hujan asam terjadi melalui dua variasi yaitu rain out dan wash out. Rain out terjadi ketika senyawa asam di atmosfer larut dalam butir-butir air (awan) dan hujan turun ke permukaan bumi. Sedangkan wash out terjadi ketika polusi yang mengandung asam tidak terikat dengan awan, tetapi pada saat hujan turun senyawa asam yang terdapat dalam udara tersebut larut dalam tetes air hujan. Hal ini terjadi karena polusi-polusi tersebut melayang tidak terlalu tinggi (di udara sekitar ).

 2.Mengenai DKI Jakarta
            Jakarta hingga saat ini tetap menjadi kota dengan kepadatan penduduk serta pusat segala aktivitas. Dengan luas wilayah sebesar 661,64 km2 dan terletak pada106 ° 48 ' BT dan6° 12' LS. Seringkali hujan asam melanda Jakarta, namun hingga saat ini kesadaraan dan kepedulian masyarakat DKI Jakarta terhadap bahaya hujan asam masih kurang. Pengumpulan data digunakan dari Januari 1996 hingga Mei 2008. Tidak heran apabila banyak energi diperlukan dalam menjalankan dan memenuhi kebutuhan kehidupan. Dalam 11 tahun terakhir (kecuali tahun 2000) Jakarta memiliki pH hujan yang tidak stabil. Berikut ini data mengenai tingkat keasaman ( pH) di wilayah DKI Jakarta dengan memfokuskan pada daerah Kemayoran..............


                 
-bersambung besok ^_^-

No comments:

Post a Comment