Sebenarnya kejadian ini sudah beberapa bulan terjadi pada tubuh gw, tepatnya di bagian punggung. Berhubung lagi jam santai kerja, akan gw ceritakan sedikit mengenai penyakit cacing yang hidup di dalam kulit.
Penyakit cacing dalam kulit ini sebenarnya merupakan penyakit baru yang gw dengar dan gw rasa cukup menjijikan karena harus mengimajinasikan bagaimana cacing bisa tumbuh berkembang di dalam kulit, menghisap nutrisi di dalam kulit, tidur, jalan-jalan sampai buang air di dalam tubuh kita. serem kan..
Tapi gak usah dipikirin.. Karena itu lebay
Semua berawal ketika kegiatan prajab yang harus diikuti setiap CPNS, ketika itu gw prajab di Lebak Bulus, tepatnya di Wisma Duta Wiyata, jalan Pertanian. Nama jalannya aja pertanian, jadi sudah jelas kalau tanahnya gembur #gaknyambung.
Banyak rangkaian kegiatan di tiga hari pertama prajabatan. Kegiatannya "membumi" dan dibimbing oleh para pelatih dari Kopassus. Kebetulan gw dapat Barak Asrama Kiri yang didalamnya ada 3 kamar mandi dan diisi oleh sekitar kurang lebih 21 anak. Ketika waktu pembersihan, waktunya singkat dan mandi harus cepat dan bareng-bareng karena waktu ,jumlah kamar mandi dan anak tidak berbanding lurus. Jadi mungkin karena gw mandi kurang bersih, tidak menggosok bagian punggung secara bersih maka lahirlah sekumpulan cacing-cacing "worm", warnanya merah dan kuning seperti film kartun "worm". Ditambah dengan kondisi kamar yang AC nya terlalu dingin dan pas tidur gw menggunakan jaket. Mungkin karena terlalu lelah sampai nggak sadar AC nya sudah dimatikan sama teman sekamar dan keadaan badan gw berkeringat saat bangun tidur.
Awal penyakit ini muncul ditandai dengan gatal-gatal di bagian permukaan kulit. Awalnya gatal yang tibul belum dibarengi bentol-bentol pada permukaan kulit. Saat itu gw ke tim medis dan pelatih pun memberikan obat alergi gatal. Keesokan harinya bentol itu muncul. Saat itu, masih tak terpikirkan bahwa bentol tersebut ditimbulkan oleh larva-larva cacing yang lincah. Sewaktu pelajaran, dimana siswa menggunakan kemeja putih dan menulis diatas kertas putih, tiba-tiba seekor kutu merah kecillll bergerak-gerak di atas kertas putih. Melihat kejadian itu, asumsi gatal gw terjadi karena kutu itu. Hal ini gw sampaikan ke dokter yang bertugas dan seketika itu gw langsung membersihkan kasur dan lemari pakaian, dikasih obat tetapi nggak gw makan hanya menggunakan minyak tawon dan bedak. Lanjut ketika ada waktu pesiar dan gw balik ke rumah. Sebentar ke klinik dekat rumah dan dikatakan mungkin itu cacar, saat itu bentol-bentolnya semakin besar dan diujung bentolnya ada yang beda. Tapi itu masih kemungkinan. Nah, pas balik ke
Asrama dan karena belum ada perubahan gw pun kembali ke dokter di
Asrama. Kali ini dokternya beda, dokternya perempuan dan lebih teliti
dalam memeriksa. Dokternya menggunakan senter dan agak lama memeriksa,
tiba-tiba dia bilang "mas, ini cacing.", gw pun bertanya balik "kok bisa
dok?", dan selanjutnya dokternya menjelaskan adanya sebuah garis tipis
yang menunjukkan pertumbuhan cacing. Kemudian diberikanlah obat semprot yang namanya
cloro etil, beda banget dengan bedak dan minyak tawon yang sebelumnya gw pakai. Rasanya dingin dan karena masih baru mengenal jenis obat ini maka
langsunglah gw nge browsing tentang obat semprot itu dan efek samping
dan seterusnya. Selain obat semprot, diberikan pula obat tablet yang namanya
albendazole. Tetapi obat ini gw dapatkan dari tim medis beberapa hari kemudian karena obat ini rada jarang dijual di apotek. Saat itu diberikan enam tablet, tetapi satu teman anak pajak yang bernasib sama (beda lokasi,dia di bagian paha hingga bokong) meminta obat itu. tinggallah lima. Dia pun gw sarankan untuk meminta obat yang sama ke tim medis. Setelah meminum obat itu, maka rasa gatal yang melanda mulai mereda. Ditambah dengan obat semprot yang diberikan menghambat tumbuh kembang cacing di kulit.
|
bayangin cacing ini ada di dalam kulit lu |
Sepanjang hari selama prajab, setiap ada waktu istirahat maka hal yang gw lakukan adalah browsing tentang penyakit cacing ini. Cacing yang hidup di kulit ini memiliki nama lain
cutaneus larva migran yang disebapkan oleh cacing yang nama latinnya
Ancylostoma Braziliense (paling sering), A caninum, Uncinaria
Stenocephala (Cacing tambang pada anjing Eropa), Bunostomum Phlebotomum
(Cacing Tambang pada binatang ternak). Kayaknya gw kena karena jenis cacing Ancylostoma Braziliense dah karena banyak kucing dan beberapa anjing di sana.
Setelah memakan 5 teblet obat albendazole itu rasa gatal hilang tetapi masih ada bentol-bentol yang mengganggu. Akhirnya pas selesai prajab gw kembali ke apotek untuk mecari obat yang sama. Hanya ada satu apotek yang menjual dan tersisa tiga tablet lagi yang kadaluarasanya akhir tahun 2015. harga per tabletnya murah @Rp.1.500,00. Hal ini karena gw masih takut kalau masih ada cacing lincah yang masih hidup. Nah, setelah itu barulah gw yakin kalau cacing-cacingnya udah mati karena dari beberapa sumber browsingan lima tablet aja sudah cukup. Nah, gw udah makan delapan jadi aman (pikiran orang ndeso).
Untuk bekasnya, lama-kelamaan menciut dan hilang saat kegiatan samapta...Intinya sih untuk menghindari penyakit ini ya mandi nya harus bersih dan mungkin kondisi badan harus dalam keadaan prima agar tidak mudah sakit.
Itulah sekilas pengalaman tentang penyakit cacing. Semoga bermanfaat :)