Kebetulan lagi gak ada kerjaan dan mari kita menulis...
Bagi sebagian besar orang tentu sangat menyenangkan untuk bisa pulang ke kampung halaman untuk dapat merayakan hari raya Natal dan Tahun Baru bersama keluarga besar di kampung. Ya, hal itulah yang pernah saya alami ketika beberapa bulan yang lalu. Pulang ke kampung halaman menggunakan mobil tentu memberi kisah tersendiri dibandingkan dengan menggunakan pesawat terbang. Apalagi jarak dari Jakarta ke kampung halaman yang cukup jauh dan harus melalui lebih dari 5 provinsi yang sebelumnya belum pernah dilewati seumur hidup. Dimulai dari provinsi Banten, kemudian lanjut menyeberang selat sunda untuk tiba di provinsi lampung, diteruskan lagi ke provinsi Sumatera Selatan, terus ke Provinsi Jambi, kemudian Provinsi Riau dan terakhir di Provinsi Sumatera Utara. Sebenarnya untuk sampai ke kampung halaman sendiri bisa melalui provinsi Sumatera Barat, akan tetapi terdapat dua lintasan untuk sampai ke tujuan. Kalau tidak salah (berarti benar) yang kami lalui yaitu lintas timur.
Perjalanan kami mulai pada malam hari. Tentunya hal ini dilakukan karena banyak alasan, pertama karena paginya kami yang pulang kampung (termasuk saya) masih harus kerja, kemudian alasan untuk menghindari macet dan yang terpenting menurut saya supaya feelnya lebih dapat. Setibanya di pelabuhan Merak, kala itu sekitar pukul sebelas-an malam kami disambut hujan lebat di sepajang tol merak. Kemudian masuk ke dalam kawasan pelabuhan dan kami pun antre untuk masuk ke kapal. Saat masuk kapal, kami pun menuju ruang tunggu bersama para penumpang yang lain. Menikmati kebersamaan sambil dihibur musik "kapal". Kemudian saat kapal bersandar di pelabuhan Bakahueni, perjalanan pun langsung dilanjutkan sampai pada SPBU tempat kami beristirahat kurang lebih satu jam sambil makan makanan yang sebelumnya sudah dibungkus dari rumah. Satu kejadian yang masih belum terlupakan yaitu ketika kami makan dan ada pengendara motor yang ditabrak truk lintas Sumatera tepat di depan SPBU. Perjalanan pun tetap harus berlanjut agar mengejar target tiba di titik tertentu yang dirasa aman. Maklum saja, beberapa jalur lintas Sumatera masih dirasa kurang aman untuk dilalui untuk saat-saat tertentu. Hati ini pun senang dan penasaran juga tentang bagaimana sebenarnya medan yang harus ditempuh untuk sampai di kampung halaman. Di malam kedua, kami sudah tiba di provinsi lupa... Yang jelas disana terdapat rumah makan Pagi Sore yang baru saja dibangun. Rumah makan yang terbilang besar dan mewah (menurut saya) jika dibandingkan dengan kondisi sekitar. Kala itu, saya tidur di teras rumah makan tersebut dengan terlebih dahulu membeli obat anti nyamuk. Besok paginya sebelum jam lima pagi, perjalanan pun dilanjutkan melintasi hutan, perkebunan, pemukiman, kawasan perbukitan, dan seterusnya. Yang jelas, belum pernah saya lalui sebelumnya. Tiap-tiap daerah memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada daerah yang memiliki banyak sungai yang lebar, ada yang banyak rawanya, ada yang banyak perkebunannya, dll. Selain itu juga bisa lebih mengetahui rumah adat, karakter hingga mitos- mitos di daerah tersebut. Sebagai contoh saja, terlepas dari kebenarannya yaitu ketika melewati sungai Siak terdapat mitos jika ada orang yang pernah memimum air sungai Siak maka "katanya" orang itu bisa hamil (film kera sakti).wkwkkw....salah, yang benar (dari informasi yang pernah gw dengar) bahwa orang tersebut akan kembali lagi ke daerah tersebut.
Kemudian untuk kuliner juga dapat dirasakan keunikan cita rasa yang dimiliki rumah makan kelas pinggiran di tiap daerah. Misalnya saat melewati Palembang dan memakan buah duku palembang yang besar, manis dan murah, durian dan seterusnya. Kemudian tiba rumah sanak keluarga dan tiba di kampung halaman..........................
............
Tiba saat pulang dan tentu perasaan yang terlintas di pikiran dan banyak orang yang mudik yaitu bahwa semangat saat pulang akan menurun mengingat lelahnya perjalanan untuk sampai ke kampung halaman. Benar saja, perjalan pulang pun memang terasa cukup melelahkan dan kala itu kondisi badan juga kurang fit untuk melakukan perjalanan. Tapi, jadwal sudah ditentukan dan kami pun terus melakukan perjalanan pulang. Sebenarnya banyak hal yang terjadi saat perjalanan pulang. Mungkin yang seru ketika kami lapar dan tidak sengaja memang di pinggir jalan tersebut terdapat deretan rumah makan yang banayk supir truk dan benar saja, sepertinya banyak yang menawarkan rumah makan "cabe-cabean" daerah itu dengan memasang musik keras di rumah makannya. Tentu karena kami lapar ya yang kami cari makanan saja, dan becanda-becanda kecil dengan seorang ibu sebagai kasir dan dua orang gadis muda yang dibilang sebagai keponakannya. Beberapa hal yang tidak terlupakan yaitu ketika mobil yang kami gunakan mengalami masalah setelah sesaat sebelumnya masuk ke dalam lubang besar di tengah jalan. Kala itu malam, gerimis dan posisi kami berada di tengah perkebunan kelapa sawit. kami pun berempat, kesemuanya laki-laki dan saya merupakan orang paling muda di dalam mobil itu secara sigap memperbaiki dan mempersiapkan kalau-kalau ada orang yang "iseng". Lampu senter pun langsung standby untuk membantu penglihatan dalam memperbaiki mobil. Setiap mobil pribadi yang lewat tentu harus diawasi demi mejamin keselamatan dan kelengkapan logistik yang kami bawa dari kampung. Kami pun biasanya membagi 2 shift dimana ada supir dan co-rider yang harus menemani sang supir dalam mengarahkan dan mengajak bicara. Di malam ke dua pun entah benar atau tidak, yang jelas saya kurang percaya yaitu ketika bukan giliran saya, saya tertidur dan hingga di suatu kawasan, yang ada pemukimannya tetapi tidak terlalu rapat sang co-rider membangunkan kami karena benar atau tidak jalan yang kami lalui seakan berputar pada jalan yang sama. Ditambah lagi ketika supirnya mengatakan bahwa tadi dia melihat sesosok wanita berpakaian putih dari kaca spion sebelumnya. terlepas apa itu benar atau tidak, kami pun tetap meneruskan perjalanan dengan berpikir lurus dan berasumsi bahwa yang dikatakan dan dilihat hanya halusinasi dan perasaan saja. kami pun memutuskan mencari rumah makan terdekat untuk beristirahat dan melanjutkan perjalanan teruss... hingga akhirnya tiba di pelabuhan bakahueni pada malam hari. Perasaan senang pun semakin menjadi ketika kami turun dari kapal dan melajutkan perjalanan hingga tiba di rumah dengan kondisi badan yang baru terasa bau dan kotor saat tiba di rumah. Keesokan harinya yang saya lakukan yaitu panggil tukang urut dan senjutnya makan tidur makan tidur.
Nah, itu dia sepenggal kisah cerita saat pulang ke kampung halaman. sebenarnya masih banyak kisah-kisah yang belum diceritakan, mungkin bisa di lain kesempatan. :)