Thursday, September 3, 2015

Melancong Gratis Ke Goa Jomblang

Siapa orang yang tidak suka jalan-jalan??Sayang sekali. Apalagi kalau masih muda, masih banyak energi, waktu dan kesempatan untuk jalan-jalan apalagi kalau jalan-jalannya gratisan dengan orang yang asik-asik.
Mungkin karena belakangan ini banyak waktu luang di kerjaan jadinya banyak hal yang ingin gw lalukan daripada hanya berdiam diri. Nah, kali ini akan gw ceritakan pengalaman ke Goa Jomblang.
Pengalaman ke goa Jomblang merupakan pengalaman pertama gw untuk masuk ke goa yang cukup menantang. Goa ini beda sekali dengan beberapa goa yang pernah gw masukin, seperti Goa Jepang, Goa Belanda dan Goa Jati Jajar yang aksesnya gak terlalu sulit dilalui.
lobang besar menuju goa jomblang

Goa Jomblang terletak di provinsi Jawa Tengah di tengah hutan jati , tepatnya di Padukuhan Jetis Wetan, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Gunungkidul, 8 Km timur kota Wonosari atau sekitar 50 kilometer tenggara kota Jogja (sumber http://www.catatannobi.com/2012/04/wisata-goa-jomblang-grubug.html ). Nah, waktu itu gw kesana bersama 3 peserta lain yang merupakan pemenang lomba menulis pertumbuhan tanaman yang diadakan oleh National Geographic Indonesia dan Teh Kotak (minuman teh yang enaakkk). Turut serta dua tim yaitu dari National Geographic nya dan Tim Metro Tv yang bakal ngeliput acara kita selama jalan-jalan.
Goa Jomblang sendiri sepengetahuan gw dimiliki atau dikelola oleh Pak Cahyo Alkantana, itu tuh yang membawa beberapa acara di TV, salah satunya di acara Terakota, Kompas Tv.



Nah, Goa Jomblang ini sendiri merupakan goa yang letaknya di bawah permukaan tanah, kombinasi vertikal dan horizontal. Jadi buat masuk ke dalam Goa, kita harus menuruni lobang besar menuju mulut goa, setelah itu berjalan untuk masuk ke dalam goa dan menikmati pemandangan sinar "wow"
proses ke dasar hutan purba
di dalam goa. Untuk turun ke mulut goa, kita akan menggunakan jasa warga sekitar untuk menurunkan diri kita ke mulut goa dengan menggunakan tali dan perlengkapan keamanan yang aman. Jadi, pinggang akan dikaitkan dengan tali dan tubuh kita akan diturunkan secara perlahan hingga ke mulut goa. Saat tiba di bawah kita akan menemui ekosistem purba yang "kata" pemandu wisata dulunya lubang besar yang terbentuk disebabkan karena "dulu" tanahnya amblas dan saat itu pula ekosistem yang ada ikut amblas ke bawah.
hutan purba mini
Di situ kita akan menemukan pepohonan besar, tanaman-tanaman nggak tau namanya, jamur, dan beberapa tanaman menjulur seperti rotan tapi bukan rotan. Ada juga tanaman yang buahnya seperti cabe, tapi bukan cabe bukan juga cabe-caben.
Selanjutnya untuk mencapai mulut goa, kita harus berjalan beberapa ratus meter dari tepat mendarat. Saat mendekati mulut goa akan ada gemericik air yang turun dari atas, tapi bukan air terjun. Nah, ketika mendekati mulut Goa kita harus menuruni anak-anak tangga yang lumayan curam hingga tiba di mulut goa yang mengaga lebar dengan hawa yang dingin dan seperti ada kabut nya.
Selanjutnya kita akan berjalan masuk ke perut goa, dimana sudah terdapat penerangan lampu pada titik-titik tertentu, dan stelah sekian lama berjalan turn naik bebatuan plus lumpur kita akan mendengar suara aliran air yang deras dan akan tampak sinar yang indah sekalii. Sinar ini akan nampak jelas ketika matahari bersinar terang dan sinarnya tidak tertutup awan sehingga lubang di atas gua yang bentunya lingkaran dikelilingi pepohonan akan meneruskan cahaya dari atas dan cahaya tersebut akan diteruskan hingga ke dasar. Dasarnya yang terkena sinar matahari pun merupakan stalagmit yang warnanya putih ke abu-abuan dan seperti terumbu karang, tapi nggak tau jenis karang apa.
menuju mulut goa

perjalanan melihat sinar matahari




Mandi sinar buat awet muda.wkwkwk
Di tempat sinar yang katanya "sinar surga" itu pun setiap pengunjung "wajib" hukumnya buat foto-foto karena moment seperti itu jarang sekali kita temui. Setelah puas foto-foto kita akan balik ke mulut goa, selanjutnya ditarik ke atas. Kemudian bersih-bersih dan akan makan dan minum-minum cantik di sebuah pendopo yang tempatnya enak, teduh, ditambah dengan kuliner khas jawa + minuman teh dan gula2 kotak di sebuah cangkir tanah liat. Enakkkk...
Oh iya, selain goa Jomblang, ada lagi goa-goa lain di sekitar goa Jomblang. Ada goa yang lupa namanya (mungkin namanya goa pindul) yang jarang banget dimasukin karena banyak ular...

special thanks buat warga sekitar yang membantu naik turun kami semuaa..

1...2...3...jangan dlepas


Wednesday, July 15, 2015

Backpackeran ke Curug Cigamea

Weekend telah tiba
Dan saatnya jalan-jalan
Kali ini tentang Curug Cigamea.


Awalnya jalan-jalan ini merupakan ajakan dari teman kuliah yang mungkin penat dengan rutinitas kerja. Namanya Bagus Panjaitan dan Made Edy Dharmayasa. Nah, berhubung saat ini juga lagi bulan puasa maka teman-teman yang bisa diajak gak bisa teralu ramai karena perjalanan seperti ini cukup menghabiskan energi. Awlanya rencana jalan-jalan ini hanya wacana karena kami hanya bertiga ditambah karena Made yang ingin pulang ke Bali karena ada acara adat dan AWALNYA gak jadi karena Gunung Raung "batuk-batuk".

curug cigamea kiri
Perjalanan dadakan ini diawali dengan nggak jadinya Made pulang kampung dan pagi-pagi tanpa banyak pikir kami pun langsung jalan menggunakan angkutan umum. Diawali dengan menggunakan kereta Commuter Line dan meeting pointnya di St. Manggarai. Selanjutnya perjalanan berlanjut hingga ke st.Bogor. Nah, dipilihnya curug Cigamea ini bukan karena sudah direnacanakan sebelumnya, tetapi hasil browsingan di dalam kereta. Awalnya bingung antara curug Cilember atau Curug Cigamea. Namun setelah ngobrol-ngobrol sama security di St.Bogor kami memilih Curug Cigamea karena lokasinya yang tidak macet. Angkutan umum selanjutnya yaitu 03 ke arah terminal Cibbulak. kemudian pas gw lihat Path dan ada senior yang posting bahwa bandar udara ngurah rai kembali dibuka jam 12 si Made pun langsung menghubungi orang tua dan menanyakan apakah harus pulang. Dan Made pun pulang setelah mendapatkan tiket yang di pesan dari dalam angkot. Namanya juga acara adat jadi penting.
edisi narsis di curug digamea kanan
Bareng geng motor yang namaya "Reot"
Nah, perjalanan ini pun terus kami lanjutkan sekalipun berdua doang karena slogan "SEKALI LAYAR TERKEMBANG PANTANG SURUT KEBELAKANG". Kami pun tiba di terminal (lupa) dan membayar ongkos @Rp4000,00. Perjalanan selanjutnya kami menggunakan angkot 05. Nah, untungnya kami nggak berlu menunggu lama karena pas dua orang lagi dan angkot pun penuh. Bagus duduk di depan dan gw di belakang depan pintu.Sepanjang jalan ya menikmati perjalanan yang lancar gak macet. Hingga kami turun di pertigaan Cibubulak Rp8.000,00 dan melanjutkan angkot no.52 dan gak lama angkotnya langsung jalan, emang rejeki anak soleh jadi selama perjalanan dilancarkan dan setiap nyambung angkot langsung jalan pas kami naik. Nah, selama naik angkot 52 yang gw perhatikan adalah selokan dan mikir kalau airnya banyak mungkin air terjunnya nggak kering (apa hubungannya volume debit air selokan sama volume debet air terjun ). Nah, pas di angkot itu gw bertanya-tanya sama sopir angkotnya tentang ini itu seputar tempat wisata dan cerita tentang curug itu.Yang sedikit buat lucu yaitu ketika ini masuk kecamatan mana?si pak sopir bilang kecamatan Cibungbulang yang dulu pas samapta pernah dikatakan kalau topografi kec. CIAMPEA sebelelahan sama Kec.Cibungbulang. Tiba di akhir trayek kami bayar angkot Rp8.000,00 dan lanjut menggunakan ojek Rp.15.000,00 hingga ke depan pintu masuk air terjun(curug). Benar saja, selama perjalanan gw merasakan pemandangan dan udara yang sejukkk. Kami pun menuruni ratusan anak tangga dan saat itu pengunungnya sepi, gak sampai 20 orang sehingga terasa nyaman karena gak terlalu ramai seperti hari-hari biasa yang kata pedagang disana bisa sampai ratusaan orang datang "kesini". Setelah beberapalama kami pun tiba di curug cigamea. Nah ada dua curug disana,seut saja curug kiri dan curug kanan. Dimana kami hanya bermain2 air di curug kanan karena curug kiri yang sedikit punya cerita yaitu "beberapa bulan yang lalu ada pengunjung yang meninggal karena saat bermain di curug itu kejatuhan batu sehingga kepalanya pecah". Nah, selain bermain air kami juga berfoto-foto..
edisi ada pelangi

mengang pelangi


puas berkeliling kami pun pulang.Nah pas mau pulang ada hiburan baru yaitu ketika ada terapi ikan
tangan penuh daki n dosa #hiks
yang saat itu terbuka dan nggak ada yang nungguin, alhasil gw masukkan tangan gw dan benar saja ikan-ikannya langsung gigit-gigit tangan gw seakan banyak sekali daki yang menempel. Ikannya lahap dan karena sensasi gigitannya gw gak lama-lama masukin tangan ke dalam air. Perjalan pulangpun sedikit macet dan sebelum naik Kereta kami sempatkan
mencicipi wisata kuliner Soto Bogor yang enakkkkk karena emang enak dan posisi saat itu lapar.











terimakasihh :)




Thursday, July 9, 2015

Film Grave of the Fireflies

Film ini merupakn film yang awalnya gak gw ketahui, yang gw ketahui hanyalah cerita dari kawan tentang studio film ghibli di Jepang yang memproduksi banyak film anime yang semua filmnya bagus, kualitas gambar bagus dan film-filmnya bermakna. Kemudian, karena saat-saat ini edisi ramadhan dan biasanya pagi-pagi belum banyak kegiatan, biasanya  gw donlot film-film apa aja yang ingin di download. Nah, pas gw masukin kata GHIBLI terdapat beberapa film dan satu diantaranya film ini. Setting tempatnya di Jepang, tepatnya di Kobe. 

Jadi filmnya nya diawali di akhir cerita baru ke awal cerita (flashback). Ceritanya tentang Mengingat kembali ingatan dari Roh nya si Seita. Sebelumnya ada dua tohoh utama yang namanya Seita dan Setsuko dimana Seita sebagai abang dan Setsuko sebagai adik perempuan. Nah, makna pertama film ini yaitu programnya BKKBN yaitu dua anak lebih baik. Istilahya catur warga. 
Awalnya dimulai dari detik-detik Seita mati di Stasiun Kereta. Kemudian dikisahkan ayah Seita kerja sebagai nahkoda kapal perang Jepang saat perang Dunia Kedua, jadi mereka tinggal bersama ibunya yang punya gangguan jantung. Dalam hal ini, hidup mereka terlahir dari keluarga yang cukup mapan sampai suatu ketika ada serangan pesawat udara tentara musuh. 
Saat itu mereka harus mengungsi ke Shelter pengungsian dan disana mereka akan bertemu dengan Ibunya. Ternyata shelter pengungsian di Bom dan mereka mengungsi ke sekolahan. Disana mereka menapat kabar kalau ibunya kena bom dan saat itu terbaring sekarat dan nggak berapa lama kemudian ibunya meninggal. Saat Seita tau ibunya meninggal, dia tidak memberitahukan hal itu ke adaiknya karena takut kalau adiknya sedih. 
Merekapun nggak bisa kembali ke rumah karena sudah hancur dan tinggal di rumah bibi atau tentangga (kurang ngerti). Awalnya bibinya baik dan Seita memberi harta yang dimiliki ke bibinya untuk dapat tinggal dan makan bersama keluarga bibinya sampai suatu saat kelakuan bibinya mulai nggak ramah dan kurang menyenangkan sehingga membuat Seita an Setsuko memutuskan untuk keluar dari rumah bibinya dan tinggal di sebuah gua kecil buatan yang sudah ditinggalkan. Letak gua itu di pinggir "empang" dan diasan banyak kunang-kunang, kodok, dan hewan-hewan lainnya. Saat mereka hidup disana, mereka saling embantu dan makan apa adanya. Mereka makan apa saja yang sekiranya bisa dimakan dari mulai semacam KIJING (bahasa betawi untuk semacam keong yang ada di sawah2), makan ampas nasi, hingga harus mencuri untuk mendapatkan makanan. Awalnya di Setsuko minta sikat gigi saat malam tapi abangnya Seita bilang besok aja dan Setsuko mau mendengar kata abangnya dan mau hidup prihatin hingga badannya mulai gatal-gatal, panuan yang cukup parah. Seringkali Setsuko di tinggal sendirian sementara Seita mencari makan. saat itu Setsuko menguburkan kunang-kunang yang mati dan bermain sendirian di sekitar goa kecil itu. Kunang-kunang mereka jadikan lampu yag menemani mereka di dalam goa kecil itu.
Setsuko di Dekat Goa tempat Tinggalnya
Hingga suatu saat Setsuko diare yang berkepanjangan karena sering makan tanah yang diimajinasikan sebagai makanan saat seita pergi mencari makan. Titik sedihnya yaitu ketika Seita nyolong makan buat adiknya dan digebukin karena katahuan, Kemudian pas dekat gua dia dibawa ke kantor polisi. Diam-diam Setsuko mengikuti abangnya nyeker, pakaian gembel dengan boneka kecil kesayangannya dan pas abangnya keluar dia nanya...(padahal dia sedang sakit,mengharukan). Dah nonton aja sendiri.....
filmnya bagus dan bermakna dah #dijamin

Tuesday, July 7, 2015

Larva Migran atau Cacing Dalam Kulit Saat Prajab

Sebenarnya kejadian ini sudah beberapa bulan terjadi pada tubuh gw, tepatnya di bagian punggung. Berhubung lagi jam santai kerja, akan gw ceritakan sedikit mengenai penyakit cacing yang hidup di dalam kulit.

Penyakit cacing dalam kulit ini sebenarnya merupakan penyakit baru yang gw dengar dan gw rasa cukup menjijikan karena harus mengimajinasikan bagaimana cacing bisa tumbuh berkembang di dalam kulit, menghisap nutrisi di dalam kulit, tidur, jalan-jalan sampai buang air di dalam tubuh kita. serem kan..
Tapi gak usah dipikirin.. Karena itu lebay

Semua berawal ketika kegiatan prajab yang harus diikuti setiap CPNS, ketika itu gw prajab di Lebak Bulus, tepatnya di Wisma Duta Wiyata, jalan Pertanian. Nama jalannya aja pertanian, jadi sudah jelas kalau tanahnya gembur #gaknyambung.
Banyak rangkaian kegiatan di tiga hari pertama prajabatan. Kegiatannya "membumi" dan dibimbing oleh para pelatih dari Kopassus. Kebetulan gw dapat Barak Asrama Kiri yang didalamnya ada 3 kamar mandi dan diisi oleh sekitar kurang lebih 21 anak. Ketika waktu pembersihan, waktunya singkat dan mandi harus cepat dan bareng-bareng karena waktu ,jumlah kamar mandi dan anak tidak berbanding lurus. Jadi mungkin karena gw mandi kurang bersih, tidak menggosok bagian punggung secara bersih maka lahirlah sekumpulan cacing-cacing "worm", warnanya merah dan kuning seperti film kartun "worm". Ditambah dengan kondisi kamar yang AC nya terlalu dingin dan pas tidur gw menggunakan jaket. Mungkin karena terlalu lelah sampai nggak sadar AC nya sudah dimatikan sama teman sekamar dan keadaan badan gw berkeringat saat bangun tidur.

Awal penyakit ini muncul ditandai dengan gatal-gatal di bagian permukaan kulit. Awalnya gatal yang tibul belum dibarengi bentol-bentol pada permukaan kulit. Saat itu gw ke tim medis dan pelatih pun memberikan obat alergi gatal. Keesokan harinya bentol itu muncul. Saat itu, masih tak terpikirkan bahwa bentol tersebut ditimbulkan oleh larva-larva cacing yang lincah. Sewaktu pelajaran, dimana siswa menggunakan kemeja putih dan menulis diatas kertas putih, tiba-tiba seekor kutu merah kecillll bergerak-gerak di atas kertas putih. Melihat kejadian itu, asumsi gatal gw terjadi karena kutu itu. Hal ini gw sampaikan ke dokter yang bertugas dan seketika itu gw langsung membersihkan kasur dan lemari pakaian, dikasih obat tetapi nggak gw makan hanya menggunakan minyak tawon dan bedak. Lanjut ketika ada waktu pesiar dan gw balik ke rumah. Sebentar ke klinik dekat rumah dan dikatakan mungkin itu cacar, saat itu bentol-bentolnya semakin besar dan diujung bentolnya ada yang beda. Tapi itu masih kemungkinan. Nah, pas balik ke Asrama dan karena belum ada perubahan gw pun kembali ke dokter di Asrama. Kali ini dokternya beda, dokternya perempuan dan lebih teliti dalam memeriksa. Dokternya menggunakan senter dan agak lama memeriksa, tiba-tiba dia bilang "mas, ini cacing.", gw pun bertanya balik "kok bisa dok?", dan selanjutnya dokternya menjelaskan adanya sebuah garis tipis yang menunjukkan pertumbuhan cacing. Kemudian diberikanlah obat semprot  yang namanya cloro etil, beda banget dengan bedak dan minyak tawon yang sebelumnya gw pakai. Rasanya dingin dan karena masih baru mengenal jenis obat ini maka langsunglah gw nge browsing tentang obat semprot itu dan efek samping dan seterusnya. Selain obat semprot, diberikan pula obat tablet yang namanya albendazole. Tetapi obat ini gw dapatkan dari tim medis beberapa hari kemudian karena obat ini rada jarang dijual di apotek. Saat itu diberikan enam tablet, tetapi satu teman anak pajak yang bernasib sama (beda lokasi,dia di bagian paha hingga bokong) meminta obat itu. tinggallah lima. Dia pun gw sarankan untuk meminta obat yang sama ke tim medis. Setelah meminum obat itu, maka rasa gatal yang melanda mulai mereda. Ditambah dengan obat semprot yang diberikan menghambat tumbuh kembang cacing di kulit.


bayangin cacing ini ada di dalam kulit lu
Sepanjang hari selama prajab, setiap ada waktu istirahat maka hal yang gw lakukan adalah browsing tentang penyakit cacing ini. Cacing yang hidup di kulit ini memiliki nama lain cutaneus larva migran yang disebapkan oleh cacing yang nama latinnya Ancylostoma Braziliense (paling sering), A caninum, Uncinaria Stenocephala (Cacing tambang pada anjing Eropa), Bunostomum Phlebotomum (Cacing Tambang pada binatang ternak). Kayaknya gw kena karena jenis cacing Ancylostoma Braziliense dah karena banyak kucing dan beberapa anjing di sana.
Setelah memakan 5 teblet obat albendazole itu rasa gatal hilang tetapi masih ada bentol-bentol yang mengganggu. Akhirnya pas selesai prajab gw kembali ke apotek untuk mecari obat yang sama. Hanya ada satu apotek yang menjual dan tersisa tiga tablet lagi yang kadaluarasanya akhir tahun 2015. harga per tabletnya murah @Rp.1.500,00. Hal ini karena gw masih takut kalau masih ada cacing lincah yang masih hidup. Nah, setelah itu barulah gw yakin kalau cacing-cacingnya udah mati karena dari beberapa sumber browsingan lima tablet aja sudah cukup. Nah, gw udah makan delapan jadi aman (pikiran orang ndeso).
Untuk bekasnya, lama-kelamaan menciut dan hilang saat kegiatan samapta...Intinya sih untuk menghindari penyakit ini ya mandi nya harus bersih dan mungkin kondisi badan harus dalam keadaan prima agar tidak mudah sakit.
Itulah sekilas pengalaman tentang penyakit cacing. Semoga bermanfaat :)